SMK Negeri 1 Pangkalpiang

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Jumat, 01 Oktober 2010

proposal elektrik

PULSA ELEKTRIK



A. Pengenalan Produk
Kata pulsa elektrik sudah banyak dikenal oleh kalangan masyarakat.maka dari itu saya ingin membantu masyarakat/teman-teman untuk mempermudah mereka dalam berkomuunikasi.

B. Gambaran Usaha
1.Produk

Pulsa elektrik biasanya diperoleh dari agen M-kios.Selain itu juga kita bisa langsung pergi ke GRAPARI sehingga harganya lebih murah.

2.Lokasi Usaha

Pulsa elektrik dapat dijual dimana saja. Misalnya: Sekolahan, Perkampunga, dll.

3. Perlengkapan Usaha

Perlengkapan yang diperlukan untuk menjual pulsa elektrik terdiri dari Handphone,dan saldo pulsa.


Usaha pulsa elektrik ini dapat dijalankan oleh diri sendiri ataupun anggota keluarga.semakin berkembangnya usaha yang kita jalankan maka semakin banyak pula saldo pulsa yang dibutuhkan.


4.Promosi

Selain saya membuka usaha pulsa elektrik,saya juga membuka usaha TOKO BAJU/BUTIK .Usaha ini saya jalankan bersama kakak saya.Promosi yang saya lakukan dengan cara menggunakan spanduk atau berbicara langsung pada masyarakat atau teman-teman saya.


5.Penetapan Harga
Harga pulsa elektrik berfariasi.Kisarannya antara 7000-27000.Harga pulsa elektrik ini sangat terjangkau,karena harganya tidak terlalu mahal.


6.Resiko
Usaha pulsa elektrik ini sudah banyak pesaing.Seperti sudah banyak konter-konter.Tetapi kita dapat mengatasinya dengan cara member harga yang lebih murah dan tidak membuat pelanggan kecewa.




7.Analisis Usaha Pulsa Elektrik
Masa Pakai Handphone 1tahun.
a.Biaya Investasi
Handphone Rp.300.000
Saldo Pulsa Rp.1.000.000
b.Biaya Operasional Perbulan
1. Biaya tetap
Penyusutan Handphone Rp.
2.Biaya Variabel
Handhone(1xRp.300.000x30hari) Rp.900.000
Saldo Pulsa(Rp.7.000x30hari) Rp.210.000

Total Biaya 2

Kamis, 30 September 2010

Rajah Perubah Watak
Kategori : Pengobatan

perokokBagi anda yang stress dengan ulah anak atau anggota keluarga, kami menyediakan solusi secara spiritual dengan rajah Kolocokro yang khusus memiliki manfaat untuk merubah watak/sifat/kepribadian orang yang negatif.

KODE PRODUK : RPW

Khasiat Rajah :

1. Untuk merubah orang yang sering minum-minuman keras (pemabok) supaya berhenti minum-minuman keras.

2. Untuk merubah orang yang sering memakai Narkoba (pecandu) supaya berhenti memakai Narkoba.

3. Untuk merubah orang yang sering merokok supaya berhenti merokok.

4. Untuk merubah suami/istri yg sering berselingkuh supaya berhenti sadar dan berhenti selingkuhnya.

5. Untuk merubah orang yang sering bermain judi (togel, dadu, rollet, sabung ayam, dll) supaya berhenti bermain judi.

6. Untuk merubah orang yang sering marah-marah supaya berhenti tidak marah-marah lagi.

7. Untuk merubah orang yang sering kebut-kebutan dijalan (balapan liar mobil/sepeda motor) supaya berhenti tidak kebuta-kebutan dijalan lagi.

8. Untuk merubah anak yang berani kepada Orang tua (sering berkata kasar, sering menghardik, pemarah, minta apapun jika tidak dituruti malah marah kadang-kadang malah mengancam orang tua, dll) supaya dirubah menjadi anak yang penurut, berbakti kepada orang tua.

9. Anak yang nakal, malas belajar di rubah supaya menjadi anak yang penurut, Rajin belajar supaya menjadi juara di kelas, berbakti kepada kedua orang tua.

10. Dan masih banyak lagi kebiasaan buruk yang lainnya yg tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Mahar Rp.750.000

PERSYARATAN :

1. Mahar dikirim via wesel pos ke PO.BOX 5102, JKT MAMPANG-12700 (cukup cantumkan kode "RPW" pada berita di wesel) atau ditransfer ke rekening Bank Central Asia (BCA) : 2291623800, atas nama : susanti.

2. Kirimkan konfirmasi pembayaran dan persyaratan sebagai berikut ke email support@indospiritual.com :
- Foto orang yang dituju (target)
- Foto kedua orang tua
- Alamat orang yang dituju dan alamat untuk pengiriman media rajah.
- Harap diceritakan kebiasaan buruk orang yang anda maksudkan supaya bisa kami rubah sesuai dengan keinginan anda.
MASIH bingung menentukan pilihan tambatan hati? Kenapa tak mencoba “menguji”nya lewat cara yang lain? Misalnya dengan membaca raut wajah si dia. Lewat bentuk dahi, bibir, alis, dan lainnya kita bisa mengetahui karakternya, lho!

BENTUK WAJAH

* Panjang dan tirus:
orang yang memiliki bentuk muka seperti ini umumnya sabar dan memiliki keteguhan hati. Ia juga memiliki pribadi menarik dan tidak suka bekerja setengah-setengah.
*
* Bulat:
Bentuk muka bulat menandakan orang yang penuh dengan vitalitas dan harapan. Ia suka menjadi pusat perhatian dan mampu mengubah suasana kaku menjadi suasana yang penuh gelak tawa.
*
* Lebar:
Ia sangat tolerir, mudah jatuh iba, serta memiliki wawasan yang luas.
*
* Persegi:
Sifatnya individualis dan memiliki keinginan yang kuat dalam mencapai mimpinya. Pemilik wajah seperti ini termasuk orang yang tidak bisa diam dan cekatan.

DAHI

* Licin:
Tipe orang yang pemikir dan cepat mengambil keputusan.
*
* Berkerut:
Bila kerutan yang tampak berupa garis-garis horisontal, hal ini menunjukkan orang tersebut mudah marah dan memiliki antusiasme yang tinggi.

MATA

* Tegang:
Bila terdapat bagian putih mata di antara iris atau selaput pelangi dan bagian bawah kelopak mata pada kedua mata, menunjukkan orang tersebut tertekan dan khawatir.
*
* Menantang:
Bila bagian putih terlihat di bagian atas iris, berarti selain tertekan orang tersebut juga galak.
*
* Terpisah:
Bila bagian putih tampak di sekeliling iris, lebih baik hindari orang ini. Soalnya, hal itu menunjukkan orang tersebut tidak stabil secara kejiwaan dan gampang marah.
*
* Garis-garis:
Bila tampak garis-garis kecil di bagian luar mata, orang tersebut termasuk tipe yang ramah, mudah tersenyum, dan cenderung selalu merasa bahagia.

ALIS

Alis mata dapat menjadi indikator yang menarik mengenai cara berpikir seseorang.

* Lurus:
Alis mata yang horizontal menunjukkan tipe orang yang penuh dengan gagasan. Mereka senang berdebat.
*
* Lengkung:
Bila memiliki alis mata yang melengkung, orang tersebut termasuk tipe orang yang memiliki rasa humor yang tinggi.
*
* Tipis:
Termasuk tipe orang yang kurang percaya diri, terutama bila alis mata agak ke atas dan melengkung.
*
* Menyambung:
Bila melihat orang dengan alis mata yang menyambung, berarti Anda berhadapan dengan seorang pemikir dan Anda dapat mengambil manfaat dengan memberikan semangat kepada mereka untuk membagi gagasan-gagasannya.

KELOPAK MATA

* Kecil:
Bila jarak antara bagian atas kelopak mata dan bulumata sangat dekat, menunjukkan orang tersebut mandiri dan dapat menjaga jarak dengan orang lain.
*
* Lebar:
Kelopak mata yang lebar merupakan tanda sang pemilik memiliki sifat tidak mandiri.

HIDUNG

* Kecil:
Orang yang berhidung kecil umumnya memiliki pembawaan lemah, sering tidak dapat diandalkan, dan pikirannya gampang berubah-ubah.
*
* Besar:
Hidung besar menandakan orang yang mempunyai inisiatif, mantap, serta memiliki karakter yang kuat.
*
* Pesek:
Hidung yang besar tetapi pesek, biasanya pembawaannya tidak kaku dengan sekelilingnya. Pragmatis, hanya percaya pada dirinya sendiri, mudah bergaul, dan berani.
*
* Mancung:
Biasanya bersifat terus terang, kendati kadang agak pedas bila berbicara. Mengagumi diri sendiri, susah mengambil keputusan, dan peka.

TELINGA

* Kecil:
Biasanya merasa tidak aman tetapi pada umumnya tahu apa yang mereka inginkan. Mereka juga termasuk jenis pekerja keras.
*
* Tajam:
Bersifat kaku dan tidak santai.
*
* Telinga yang berambut:
Pemiliknya bersifat cermat dan teliti. Waktu dan tenaganya habis untuk hal-hal yang tidak penting.

DAGU & RAHANG

* Rahang persegi:
Bersifat keras dan memiliki kemampuan untuk membuat impian-impiannya menjadi kenyataan.
*
* Dagu yang menonjol keluar:
Merasa dirinya penting dan selalu benar. Menurut pendapatnya, tidak seorang pun yang benar kecuali dirinya.

PIPI

* Pipi yang bentuknya bagus:
Merupakan ciri-ciri dari sifat yang cekatan, berenergi, percaya diri dan dapat menerima kesalahan orang lain.
*
* Lesung pipi:
Selain membuat orang tersebut menjadi menarik, lesung pipi juga merupakan simbol keserasian dari pemiliknya.

BIBIR

* Tebal:
Bersifat murah hati dan senang membicarakan tentang dirinya sendiri.
*
* Tipis:
Bila bentuk bibirnya tipis dan bulat, merupakan tanda dari kepribadian yang tertutup dan peka.
*
* Bibir atas tipis dan bibir bawah tebal:
Menunjukkan tipe orang yang persuasif.

etika dalam bisnis

1
ETIKA DALAM BISNIS
ANDERSON GUNTUR KOMENAUNG
Fakultas Ekonomi dan Magister Ekonomi Pembangunan
Universitas Sam Ratulangi, Manado
Email: komeguntur@yahoo.com
ABSTRACT
Ethics is a branch of philosophy related with kindliness or rightness or morality of
behavior of human being. In this understanding ethics interpreted as rules which
cannot be impinged from behavior which accepted by society as well or bad. While
determination of good and bad is a problem always change. Ethics of business is
standards of value becoming reference or guidance of manager and whole
employees in decision making and operate business which ethics. Ethics paradigm
and business is world differ its time has come altered to become ethics paradigm
related to business or synergy between ethics and profit. Exactly in tight competition
era, company reputation which good and based on by business ethics is an
advantage competitive which difficult to be imitated. Therefore, ethics behavior is
needed to reach long-range success in a business.
Key Words: Ethics, Business, Moral
ABSTRAK
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan
(rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini
etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang
diterima masyarakat sebagai baik atau buruk. Sedangkan Penentuan baik dan buruk
adalah suatu masalah selalu berubah. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang
menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan
keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Paradigma etika dan bisnis adalah
dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan
bisnis atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang
ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan
sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting
diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
Kata Kunci: Etika, Bisnis, Moral
PENDAHULUAN
Permasalahan Etika dalam Bisnis
Beberapa hari terakhir ada dua berita yang mempertanyakan apakah etika
dan bisnis berasal dari dua dunia berlainan. Pertama, melubernya lumpur dan gas
panas di Kabupaten Sidoarjo yang disebabkan eksploitasi gas PT Lapindo Brantas.
Kedua, obat antinyamuk HIT yang diketahui memakai bahan pestisida berbahaya
yang dilarang penggunaannya sejak tahun 2004. Dalam kasus Lapindo, bencana
memaksa penduduk harus ke rumah sakit. Perusahaan pun terkesan lebih
mengutamakan penyelamatan aset-asetnya daripada mengatasi soal lingkungan dan
sosial yang ditimbulkan. Pada kasus HIT, meski perusahaan pembuat sudah
meminta maaf dan berjanji akan menarik produknya, ada kesan permintaan maaf itu
2
klise. Penarikan produk yang kandungannya bisa menyebabkan kanker itu terkesan
tidak sungguh-sungguh dilakukan. Produk berbahaya itu masih beredar di pasaran.
Atas kasus-kasus itu, kedua perusahaan terkesan melarikan diri dari tanggung
jawab. Sebelumnya, kita semua dikejutkan dengan pemakaian formalin pada
pembuatan tahu dan pengawetan ikan laut serta pembuatan terasi dengan bahan
yang sudah berbelatung.
Dari kasus-kasus yang disebutkan sebelumnya, bagaimana perusahaan
bersedia melakukan apa saja demi laba. Wajar bila ada kesimpulan, dalam bisnis,
satu-satunya etika yang diperlukan hanya sikap baik dan sopan kepada pemegang
saham. Harus diakui, kepentingan utama bisnis adalah menghasilkan keuntungan
maksimal bagi shareholders. Fokus itu membuat perusahaan yang berpikiran pendek
dengan segala cara berupaya melakukan hal-hal yang bisa meningkatkan
keuntungan. Kompetisi semakin ketat dan konsumen yang kian rewel sering menjadi
faktor pemicu perusahaan mengabaikan etika dalam berbisnis.
Namun, belakangan beberapa akademisi dan praktisi bisnis melihat
adanya hubungan sinergis antara etika dan laba. Menurut mereka, justru di era
kompetisi yang ketat ini, reputasi baik merupakan sebuah competitive advantage
yang sulit ditiru. Salah satu kasus yang sering dijadikan acuan adalah bagaimana
Johnson & Johnson (J&J) menangani kasus keracunan Tylenol tahun 1982. Pada
kasus itu, tujuh orang dinyatakan mati secara misterius setelah mengonsumsi
Tylenol di Chicago. Setelah diselidiki, ternyata Tylenol itu mengandung racun
sianida. Meski penyelidikan masih dilakukan guna mengetahui pihak yang
bertanggung jawab, J&J segera menarik 31 juta botol Tylenol di pasaran dan
mengumumkan agar konsumen berhenti mengonsumsi produk itu hingga
pengumuman lebih lanjut. J&J bekerja sama dengan polisi, FBI, dan FDA (BPOMnya
Amerika Serikat) menyelidiki kasus itu. Hasilnya membuktikan, keracunan itu
disebabkan oleh pihak lain yang memasukkan sianida ke botol-botol Tylenol. Biaya
yang dikeluarkan J&J dalam kasus itu lebih dari 100 juta dollar AS. Namun, karena
kesigapan dan tanggung jawab yang mereka tunjukkan, perusahaan itu berhasil
membangun reputasi bagus yang masih dipercaya hingga kini. Begitu kasus itu
diselesaikan, Tylenol dilempar kembali ke pasaran dengan penutup lebih aman dan
produk itu segera kembali menjadi pemimpin pasar (market leader) di Amerika
Serikat.
Secara jangka panjang, filosofi J&J yang meletakkan keselamatan konsumen
di atas kepentingan perusahaan berbuah keuntungan lebih besar kepada
3
perusahaan. Doug Lennick dan Fred Kiel, 2005 (dalam Itpin, 2006) penulis buku
Moral Intelligence, berargumen bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki
pemimpin yang menerapkan standar etika dan moral yang tinggi terbukti lebih
sukses dalam jangka panjang. Hal sama juga dikemukakan miliuner Jon M
Huntsman, 2005 (dalam Itpin, 2006) dalam buku Winners Never Cheat. Dikatakan,
kunci utama kesuksesan adalah reputasinya sebagai pengusaha yang
memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain. Berkaca pada beberapa
contoh kasus itu, sudah saatnya kita merenungkan kembali cara pandang lama yang
melihat etika dan bisnis sebagai dua hal berbeda. Memang beretika dalam bisnis
tidak akan memberi keuntungan segera. Karena itu, para pengusaha dan praktisi
bisnis harus belajar untuk berpikir jangka panjang. Peran masyarakat, terutama
melalui pemerintah, badan-badan pengawasan, LSM, media, dan konsumen yang
kritis amat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan etika bisnis berbagai
perusahaan di Indonesia.
Sebuah studi selama dua tahun yang dilakukan The Performance Group,
sebuah konsorsium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Monsanto, Imperial Chemical
Industries, Deutsche Bank, Electrolux, dan Gerling, menemukan bahwa
pengembangan produk yang ramah lingkungan dan peningkatan environmental
compliance bisa menaikkan EPS (earning per share) perusahaan, mendongkrak
profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak atau persetujuan
investasi. Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review menulis bahwa 300
perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan publik yang
berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan market value added sampai duatiga
kali daripada perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa. Bukti lain,
seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University di tahun 1997 menemukan
bahwa perusahaan yang merumuskan komitmen korporat mereka dalam
menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki kinerja finansial (berdasar penjualan
tahunan/revenue) yang lebih bagus dari perusahaan lain yang tidak melakukan hal
serupa (lihat Iman, 2006).
Praktik Bisnis Masih Abaikan Etika
Rukmana (2004) menilai praktik bisnis yang dijalankan selama ini masih
cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerapkali diwarnai praktik-praktik
bisnis tidak terpuji atau moral hazard. Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang semakin
meluas di masyarakat yang sebelumnya hanya di tingkat pusat dan sekarang meluas
4
sampai ke daerah-daerah, dan meminjam istilah guru bangsa yakni Gus Dur,
korupsi yang sebelumnya di bawah meja, sekarang sampai ke meja-mejanya
dikorupsi adalah bentuk moral hazard di kalangan ekit politik dan elit birokrasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa di sebagian masyarakat kita telah terjadi krisis moral dengan
menghalalkan segala mecam cara untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu
memperkaya diri sendiri maupun tujuan kelompok untuk eksistensi keberlanjutan
kelompok. Terapi ini semua adalah pemahaman, implementasi dan investasi etika
dan nilai-nilai moral bagi para pelaku bisnis dan para elit politik.
Dalam kaitan dengan etika bisnis, terutama bisnis berbasis syariah,
pemahaman para pelaku usaha terhadap ekonomi syariah selama ini masih
cenderung pada sisi "emosional" saja dan terkadang mengkesampingkan konteks
bisnis itu sendiri. Padahal segmen pasar dari ekonomi syariah cukup luas, baik itu
untuk usaha perbankan maupun asuransi syariah. Dicontohkan, segmen pasar
konvensional, meski tidak "mengenal" sistem syariah, namun potensinya cukup
tinggi. Mengenai implementasi etika bisnis tersebut, Rukmana mengakui beberapa
pelaku usaha memang sudah ada yang mampu menerapkan etika bisnis tersebut.
Namun, karena pemahaman dari masing-masing pelaku usaha mengenai etika
bisnis berbeda-beda selama ini, maka implementasinyapun berbeda pula,
Keberadaan etika dan moral pada diri seseorang atau sekelompok orang
sangat tergantung pada kualitas sistem kemasyarakatan yang melingkupinya.
Walaupun seseorang atau sekelompok orang dapat mencoba mengendalikan
kualitas etika dan moral mereka, tetapi sebagai sebuah variabel yang sangat rentan
terhadap pengaruh kualitas sistem kemasyarakatan, kualitas etika dan moral
seseorang atau sekelompok orang sewaktu-waktu dapat berubah. Baswir (2004)
berpendapat bahwa pembicaraan mengenai etika dan moral bisnis sesungguhnya
tidak terlalu relevan bagi Indonesia. Jangankan masalah etika dan moral, masalah
tertib hukum pun masih belum banyak mendapat perhatian. Sebaliknya, justru
sangat lumrah di negeri ini untuk menyimpulkan bahwa berbisnis sama artinya
dengan menyiasati hukum. Akibatnya, para pebisnis di Indonesia tidak dapat lagi
membedakan antara batas wilayah etika dan moral dengan wilayah hukum. Wilayah
etika dan moral adalah sebuah wilayah pertanggungjawaban pribadi. Sedangkan
wilayah hukum adalah wilayah benar dan salah yang harus dipertanggungjawabkan
di depan pengadilan. Akan tetapi memang itulah kesalahan kedua dalam memahami
masalah etika dan moral di Indonesia. Pencampuradukan antara wilayah etika dan
moral dengan wilayah hukum seringkali menyebabkan kebanyakan orang Indonesia
5
tidak bisa membedakan antara perbuatan yang semata-mata tidak sejalan dengan
kaidah-kaidah etik dan moral, dengan perbuatan yang masuk kategori perbuatan
melanggar hukum. Sebagai misal, sama sekali tidak dapat dibenarkan bila masalah
korupsi masih didekati dari sudut etika dan moral. Karena masalah korupsi sudah
jelas dasar hukumnya, maka masalah itu haruslah didekati secara hukum. Demikian
halnya dengan masalah penggelapan pajak, pencemaran lingkungan, dan
pelanggaran hak asasi manusia.
BERBISNIS DENGAN ETIKA
Epistemologi Etika Bisnis
Menurut Kamus Inggris Indonesia Oleh Echols and Shadily (1992: 219),
Moral = moral, akhlak, susila (su=baik, sila=dasar, susila=dasar-dasar kebaikan);
Moralitas = kesusilaan; Sedangkan Etik (Ethics) = etika, tata susila. Sedangkan
secara etika (ethical) diartikan pantas, layak, beradab, susila. Jadi kata moral dan
etika penggunaannya sering dipertukarkan dan disinonimkan, yang sebenarnya
memiliki makna dan arti berbeda. Moral dilandasi oleh etika, sehingga orang yang
memiliki moral pasti dilandasi oleh etika. Demikian pula perusahaan yang memiliki
etika bisnis pasti manajernya dan segenap karyawan memiliki moral yang baik.
Uno (2004) membedakan pengertian etika dengan etiket. Etiket (sopan
santun) berasal dari bahasa Prancis etiquette yang berarti tata cara pergaulan yang
baik antara sesama menusia. Sementara itu etika, berasal dari bahasa Latin, berarti
falsafah moral dan merupakan cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya,
susila, dan agama.
Jika kata etika dikaitkan dengan kata bisnis akan menjadi Etika Binis
(business ethics). Steade et al (1984: 701) dalam bukunya ”Business, Its Natura and
Environment An Introduction” memberi batasan yakni, ”business ethics is ethical
standards that concern both the ends and means of business decision making”.
Definisi etika bisnis menurut Business & Society - Ethics and Stakeholder
Management (Caroll & Buchholtz, ?: dalam Iman, 2006):
Ethics is the discipline that deals with what is good and bad and with moral duty and
obligation. Ethics can also be regarded as a set of moral principles or values.
Morality is a doctrine or system of moral conduct. Moral conduct refers to that which
relates to principles of right and wrong in behavior. Business ethics, therefore, is
concerned with good and bad or right and wrong behavior that takes place within a
business context. Concepts of right and wrong are increasingly being interpreted
6
today to include the more difficult and subtle questions of fairness, justice, and
equity.
Sim (2003) dalam bukunya Ethics and Corporate Social Responsibility - Why
Giants Fall, menyebutkan:
Ethics is a philosophical term derived from the Greek word “ethos,” meaning
character or custom. This definition is germane to effective leadership in
organizations in that it connotes an organization code conveying moral integrity and
consistent values in service to the public.
Jadi, ada beberapa kata kunci di sini, yaitu:
• Ethics: Is the discipline that deals with what is good and bad and with moral
duty and obligation, can also be regarded as a set of moral principles or
values.
• Ethical behavior: Is that which isaccepted as morally “good” and “right” as
opposed to “bad” or “wrong” in a particular setting.
• Morality: A system or doctrine of moral conduct which refers to principles of
right and wrong in behavior.
Etika bisnis sendiri terbagi dalam:
• Normative ethics: Concerned with supplying and justifying a coherent moral
system of thinking and judging. Normative ethics seeks to uncover, develop,
and justify basic moral principles that are intended to guide behavior, actions,
and decisions (DeGeorge, 2002)
• Descriptive ethics: Is concerned with describing, characterizing, and studying
the morality of a people, a culture, or a society. It also compares and contrasts
different moral codes, systems, practices, beliefs, and values (Bunchholtz and
Rosenthal, 1998).
Memang diakui oleh Steade et al. (1984: 584) bahwa menunjuk sesuatu
secara tepat yang merupakan perilaku bisnis secara etik bukanlah suatu tugas
gampang. Dalam hal ini, beberapa penduduk menyamakan perilaku secara etik
(ethical behavior) dengan perilaku legal (legal behavior) – yaitu, jika suatu tindakan
adalah legal (syah), mereka harus dapat diterima. Kebanyakan penduduk, termasuk
manajer, mengakui bahwa batas-batas legal pada bisnis harus dipatuhi. Namun,
mereka melihat batas-batas legal ini sebagai suatu titik pemberangkatan untuk
perilaku bisnis dan tindakan manajerial. Secara nyata, perilaku bisnis beretika
merefleksikan hukum ditambah tindakan etika masyarakat, moral (kesusilaan), dan
nilia-nilai seperti digambarkan pada Gambar 1. Pada gilirannya formulasi hukum
mengikuti suatu tindak-tanduk etika masyarakat dan hasilnya secara per lahan
7
muncul dua, yaitu adanya suatu hubungan ”give-and take” antara apa yang ”legal”
dan apa yang ”cara etik”.
= +
Gambar 1
Elemen-Elemen Perilaku Bisnis Beretika
[Sumber: Steade et al. (1984: 584)]
Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan
(rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari kelakuan manusia. Kata etik juga
berhubungan dengan objek kelakuan manusia di wilayah-wilayah tertentu, seperti
etika kedokteran, etika bisnis, etika profesional (advokat, akuntan) dan lain-lain. Disni
ditekankan pada etika sebagai objek perilaku manusia dalam bidang bisnis. Dalam
pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari
perilaku yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good) atau buruk (bad)”. Catatan
tanda kutip pada kata-kata baik dan buruk, yang berarti menekankan bahwa
penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah. Akhirnya,
keputusan bahwa manajer membuat tentang pertanyaan yang bekaitan dengan etika
adalah keputusan secara individual, yang menimbulkan konskuensi. Keputusan ini
merefleksikan banyak faktor, termasuk moral dan nilai-nilai individu dan masyarakat.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan sebagai suatu aturan main yang
tidak mengikat karena bukan hukum. Tetapi harus diingat dalam praktek bisnis
sehari-hari etika bisnis dapat menjadi batasan bagi aktivitas bisnis yang dijalankan.
Etika bisnis sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen
lainnya. Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Bisnis tidak hanya mempunyai hubungan dengan orang-orang maupun
badan hukum sebagai pemasok, pembeli, penyalur, pemakai dan lain-lain
(Dalimunthe, 2004).
Etika dan moral (moralitas) sering digunakan secara bergantian dan
dipertukarkan karena memiliki arti yang mirip. Ini mungkin karena kata Greek ethos
SOCIAL
ACCEPTABLE
OR
“ETHICAL”
BUSINESS
BEHAVIOR
LEGAL
BEHAVIOR
BEHAVIOR
GOVERNED BY
SOCIETAL:
• VALUES
• MORALS
• ETHICS
(WHICH ARE
RESUMED ALSO
TO BE LEGAL)
8
dari mana ”ethics” berasal dan kata latin mores dari mana ”morals” diturunkan
keduanya artinya kebiasaan (habit) atau custom (adat). Namun moral (morals)
berbeda dari etika (ethics), yang mana di dalam moralitas terkandung suatu elemenelemen
normatif yang tidak dapat dielakkan/dihindari (inevitable normative
elements). Dengan demikian, moral berhubungan dengan pembicaraan tidak hanya
apa yang dikerjakan, tapi juga apa masyarakat seharusnya dikerjakan dan
dipercaya. Elemen-elemen normatif ini, atau ”keharusan (oughtness)”, konflik
dengan aspek-aspek perubahan etika bisnis.
Nilai-nilai (values) adalah standar kultural dari perilaku yang diputuskan
sebagai petunjuk bagi pelaku bisnis dalam mencapai dan mengejar tujuan. Dengan
demikian, pelaku bisnis menggunakan nilai-nilai dalam pembuatan keputusan secara
etik apakah mereka menyadarinya atau tidak. Semakin lama, manajer bisnis
ditantang meningkatkan sensitivitas mereka terhadap permasalahan etika. Mereka
menekankan pada evaluasi secara kritis prioritas nilai-nilai mereka untuk melihat
bagaimana ini pantas dengan realitas dan harapan organisasi dan masyarakat.
Etika Bisnis: Suatu Kerangka Global
Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori
yaitu: Suap (Bribery), Paksaan (Coercion), Penipuan (Deception), Pencurian (Theft),
Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination)(lihat Nofielman, ?), yang masingmasing
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi, menerima, atau
meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang
pejabat dalam melaksanakan kewajiban publik. Suap dimaksudkan untuk
memanipulasi seseorang dengan membeli pengaruh. 'Pembelian' itu dapat
dilakukan baik dengan membayarkan sejumlah uang atau barang, maupun
'pembayaran kembali' setelah transaksi terlaksana. Suap kadangkala tidak
mudah dikenali. Pemberian cash atau penggunaan callgirls dapat dengan mudah
dimasukkan sebagai cara suap, tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat
disebut sebagai suap, tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh
pemberi hadiah.
2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau
dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa ancaman
untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri
terhadap seorang individu.
9
3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang
disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.
4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan
hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya.
Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.
5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak adil
atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis
kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk memperlakukan
semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang beralasan antara
mereka yang 'disukai' dan tidak.
Pentingnya Etika dalam Dunia Bisnis
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis agar
tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?.
Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara.
Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan.
Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian
akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia
bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari
semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan
masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan
suap merupakan
segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang
ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik
etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat
dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.
Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat
bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat
interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai
negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini
telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera
dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha
terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi.
10
Jalinan hubungan usaha dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu
kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju pesat, ada pihak-pihak yang
tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main dunia usaha belum
mendapatkan perhatian yang seimbang. Salah satu contoh yang selanjutnya
menjadi masalah bagi pemerintah dan dunia usaha adalah masih adanya
pelanggaran terhadap upah buruh. Hal lni menyebabkan beberapa produk nasional
terkena batasan di pasar internasional. Contoh lain adalah produk-produk hasil hutan
yang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia dinilai tidak
memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga.
Perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai sukses jangka panjang dalam
sebuah bisnis. Pentingnya etika bisnis tersebut berlaku untuk kedua perspektif, baik
lingkup makro maupun mikro, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Perspektif Makro. Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market
system yang berperan lebih efektif dan efisien daripada command system dalam
mengalokasikan barang dan jasa. Beberapa kondisi yang diperlukan market system
untuk dapat efektif, yaitu: (a) Hak memiliki dan mengelola properti swasta; (b)
Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa; dan (c) Ketersediaan
informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa Jika salah satu subsistem
dalam market system melakukan perilaku yang tidak etis, maka hal ini akan
mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan sistem secara
makro.
Pengaruh dari perilaku tidak etik pada perspektif bisnis makro :
a. Penyogokan atau suap. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kebebasan
memilih dengan cara mempengaruhi pengambil keputusan.
b. Coercive act. Mengurangi kompetisi yang efektif antara pelaku bisnis dengan
ancaman atau memaksa untuk tidak berhubungan dengan pihak lain dalam bisnis.
c. Deceptive information
d. Pecurian dan penggelapan
e. Unfair discrimination.
2. Perspektif Bisnis Mikro. Dalam Iingkup ini perilaku etik identik dengan
kepercayaan atau trust. Dalam Iingkup mikro terdapat rantai relasi di mana supplier,
perusahaan, konsumen, karyawan saling berhubungan kegiatan bisnis yang akan
berpengaruh pada Iingkup makro. Tiap mata rantai penting dampaknya untuk selalu
menjaga etika, sehingga kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga
dengan baik.
11
Standar moral merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik merupakan
dasar kajian dalam pengambilan keputusan. Etika bisnis cenderung berfokus pada
etika terapan daripada etika normatif. Dua prinsip yang dapat digunakan sebagai
acuan dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Prinsip konsekuensi
(Principle of Consequentialist) adalah konsep etika yang berfokus pada konsekuensi
pengambilan keputusan. Artinya keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan
konsekuensi (dampak) keputusan tersebut; (2) Prinsip tidak konsekuensi (Principle
of Nonconsequentialist) adalah terdiri dari rangkaian peraturan yang digunakan
sebagai petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik dan berdasarkan alasan
bukan akibat, antara lain: (a) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang
berhubungan dengan kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain; (b)
Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan isu hak, kejujuran,
dan kesamaan.
Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (1) Keadilan
distributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan alokasi benefit dan
beban antar anggota kelompok sesuai dengan kontribusi tenaga dan pikirannya
terhadap benefit. Benefit terdiri dari pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan,
pendidikan dan waktu luang. Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban
social; (2) Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti
rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang bertanggungjawab atas
konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan kecuali tindakan tersebut
dilakukan atas paksaan pihak lain; dan (3) Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan
yang terkait dengan kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang
diterima dapat berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian.
Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian, misalnya
kehilangan nyawa manusia.
Apabila moral merupakan suatu pendorong orang untuk melakukan kebaikan,
maka etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan
secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan
mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan
bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu
kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya
kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan
dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang
yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Tentu
12
dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang
transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun
bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara
pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait
yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya moral dan etika, jelas apa yang
disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas
untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya
kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat
global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam
perekonomian.
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masingmasing
untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan
main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut.
Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi
penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah
etika bisnis yang "etik".
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis
untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand
harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak
memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi,
dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan
memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung
jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya,
terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.
13
3. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti
perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak
kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya
harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah
kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu
memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia
bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat
sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan
keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan
dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan besar.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk
permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan
nama bangsa dan negara.
14
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
"katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah.
Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi"
kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
Untu menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada sikap saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha
lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan
pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu
hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan
kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia
bisnis.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada
"oknum", baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan
"kecurangan" demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan
"gugur" satu semi satu.
10. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan
etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan
suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.
Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah
15
dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya
perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam
dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang
itu akan dapat diatasi.
Ahli pemberdayaan kepribadian Uno (2004) menjelaskan bahwa
mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang
sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling
menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap
menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi.
Itu berupa senyum -- sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak
menyalahgunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri,
toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, etiket bisnis
itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai,
meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan.
Sedangkan berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan umum
mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial,
hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara umum
mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral dan
beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya,
pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia
dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya adalah bagaimana kita mengontrol
diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan
toleransi.
Tiga Prinsip Universal
Kasus yang paling gampang adalah Enron, sebuah perusahaan enerji yang
sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang menikmati booming industri
energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai energi ke pangsa pasar yang
begitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil
menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Kalau dilihat
dari siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring
booming industri energi, Enron memosisikan dirinya sebagai energy merchants:
membeli natural gas dengan harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik,
lalu dijual dengan mengambil profit yang lumayan dari markup sale of power atau
biasa disebut “spark spread“.
16
Sebagai sebuah entitas bisnis, Enron pada awalnya adalah anggota pasar
yang baik, mengikuti peraturan yang ada di pasar dengan sebagaimana mestinya.
Pada akhirnya, Enron meninggalkan prestasi dan reputasi baik tersebut. Sebagai
perusahaan Amerika terbesar kedelapan, Enron kemudian tersungkur kolaps pada
tahun 2001. Tepat satu tahun setelah California energy crisis. Seleksi alam akhirnya
berlaku. Perusahaan yang bagus akan mendapat reward, sementara yang buruk
akan mendapat punishment. Termasuk juga pihak-pihak yang mendukung
tercapainya hal tersebut — dalam hal ini Arthur Andersen.
Bisa saja kita menipu seseorang, tetapi tak akan mungkin selamanya menipu,
kan? Apa enaknya hidup penuh tipu-tipu yang tidak akan pernah menentramkan
batin. Kasus Enron membuktikan bahwa pelaku bisnis yang curang akan menunggu
waktu saja masuk jurang, sedangkan yang jujur tidak akan pernah hancur dan
menunggu waktu saja untuk mujur. Hal ini dijastifikasi oleh hukum besi yang tidak
bisa dielakkan oleh siapan karena menyangkut nasib manusia, termasuk pelakupelaku
bisnis kotor atau tidak beretika yang penuh tipu-tipu yaitu, ”Hukum Sebab-
Akibat”, ”Aksi-Reaksi”, dan ”Menabur-Menuai” adalah kebenaran sepanjang zaman,
prinsip universal yang telah ada sejak awal sejarah. Dalam Agama Hindu
rangkuman ketiga hukum besi ini tidak lain adalah ”Karma- Pahala”, di mana Karma
= Sebab, Aksi, Menabur, dan Pahala = Akibat, Reaksi, Menuai. Artinya, apapun yang
diperbuat oleh seseorang, kelak itulah yang Dia petik. Jika seseorang berbuat jahat
terhadap orang lain, maka hasil kejahatan yang akan mereka nikmati, sebaliknya jika
perbuatan baik mereka taburkan maka hasil perbuatan baik yang akan mereka tuai
atau hasilkan.
P E N U T U P
1. Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan ”kebaikan
(rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari perilaku manusia. Dalam pengertian
ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku
yang diterima masyarakat sebagai ”baik (good” atau buruk (bad)”. Sedangkan
Penentuan baik dan buruk adalah suatu masalah selalu berubah.
2. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan
manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan
mengoperasikan bisnis yang etik.
3. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah
menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika
17
dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang
baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage
yang sulit ditiru. Oleh karena itu, perilaku etik penting diperlukan untuk mencapai
sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Baswir, Revrisond. 2004. Etika Bisnis. Dalam Kompas Senin, 08 Maret 2004.
Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Buchholtz, R.A and S. B. Rosenthal. 1998. Business Ethics. Upper Saddle River,
N.J.: Prentice Hall.
Dalimunthe, Rita F. 2004. Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis dan
Pengembangan Iptek.
DeGeorge, R. 2002. Business Ethics. Upper Saddle River, N.J.: Prentice-Hall, 5 th
Ed.
Echols, John M and Shadily, Hasan. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Hatta, Mohammad. 1960. Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan. PT.
Pembangunan Djakarta. 31 Hal.
It Pin. 2006. Etika dan Bisnis. Dalam Kompas, Jumat 30 Juni 2006.
Mulkhan, Abdul Munir. 2005. Etika Welas Asih dan Reformasi Sosial Budaya Kiai
Ahmad Dahlan. Dalam Kompas 1 Oktober 2005. Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Nofie, lman, Nofie ?, Pengantar Etika Bisnis. Dalam Website Google: Etika Bisnis
dan Pengembangan Iptek.
Nofie, Iman. 2006. Etika Bisnis dan Bisnis Beretika. Dalam Website Google: Etika
Bisnis dan Pengembangan Iptek.
Rukmana. 2004. Etika Bisnis dalam Prinsip Ekonomi Syariah. Makalah Disajikan
pada Seminar “Etika Bisnis Dalam Pandangan Islam” yang Diselenggarakan
oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung, sabtu 6 Maret
2004.
Sims, R. 2003. Ethics and Corporate Social Responsibility - Why Giants Fall. C.T.
Greenwood Press.
Steade, Richard D.; Lowry James R., and Gloss, Raymond E. 1984. BUSINESS, Its
Nature and Environment An Introduction. South-Western Publishing Co,
Cincinnati-Palo Alto, California.729 p.
Sularto, St. 2002. Pengembangan Iptek tidak Bisa Liar. Dalam Kompas, Minggu 21
April 2002. Penerbit Pt Gramedia, Jakarta.
Suria Sumantri, Yuyun. 2005. Pengantar Filsafat Ilmu. Penerbit PT Sinar Harapan,
Jakarta.
Uno, Mien R. 2004. Jangan Bernapas dalam Lumpur. Dalam Website Google: Etika
Bisnis dan Pengembangan Iptek.

Selasa, 28 September 2010

Tugas Kelompok Kewirausahaan


Anggota Kel. : 1. Berry Yolanda
2. Nurul Yuskawati

Definisi Pedagang Kecil
Pedagang
Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan. Pedagang dapat dikategorikan menjadi:
1. Pedagang grosir, beroperasi dalam rantai distribusi antara produsen dan pedagang eceran.
2. Pedagang eceran, disebut juga pengecer, menjual produk komoditas langsung ke konsumen. Pemilik toko atau warung adalah pengecer.
Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya.
Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter.
Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu nmanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang lima kaki.
Dibeberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena menggangu para pengendara kendaraan bermotor. Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat untuk membuang sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih merusak sungai yang ada dengan mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Tetapi PKL kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya disekitar rumah mereka.

Penjual bakso/bakwan
Seorang pedagang roti
Pedagang makanan tradisional di Bogor
Pedagang cenderamata di Bogor
Pengertian usaha mikro
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-.
Ciri-ciri usaha mikro
• Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;
• Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;
• Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
• Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;
• Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
• Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
• Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro
• Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya;
• Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat;
• Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;
• Peternakan ayam, itik dan perikanan;
• Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :
• Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang;
• Tidak sensitive terhadap suku bunga;
• Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;
• Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.
Pengertian usaha kecil
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha kecil
• Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;
• Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
• Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
• Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
• Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;
• Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
• Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.
• Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
• Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
• Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;
• Peternakan ayam, itik dan perikanan;
• Koperasi berskala kecil.
Usaha Menengah
Pengertian usaha menengah
Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Ciri-ciri usaha menengah
• Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
• Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
• Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
• Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
• Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
• Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.
Contoh usaha menengah
Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:
• Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;
• Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
• Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar proponsi;
• Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
• Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.



Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”


Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.
Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, dimasing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota.

Kriteria Jenis Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawan merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil atau besar, sebagai berikut :
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar
Jumlah Tenaga Kerja <> 5-19 orang 20-99 orang > 100 orang


Macam – Macam Pedagang
1. Pedagang Besar / Distributor / Agen Tunggal
Distributor adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan produk barang dagangan dari tangan pertama atau produsen secara langsung. Pedagang besar biasanya diberikan hak wewenang wilayah / daerah tertentu dari produsen. Contoh dari agen tunggal adalah seperti ATPM atau singkatan dari agen tunggal pemegang merek untuk produk mobil.
2. Pedagang Menengah / Agen / Grosir
Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang dagangannya dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan diberi daerah kekuasaan penjualan / perdagangan tertentu yang lebih kecil dari daerah kekuasaan distributor. Contoh seperti pedagang grosir beras di pasar induk kramat jati.
3. Pedangan Eceran / Pengecer / Peritel
Pengecer adalah pedangan yang menjual barang yang dijualnya langsung ke tangan pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah satuan atau eceran. Contoh pedangang eceran seperti alfa mini market dan indomaret.
4. Importir / Pengimpor
Importir adalah perusahaan yang memiliki fungsi menyalurkan barang dari luar negeri ke negaranya. Contoh seperti import jeruk lokam dari Cina ke Indonesia.
5. Eksportir / Pengekspor
Exportir adalah perusahaan yang memiliki fungsi menyalurkan barang dari dalam negara ke negara lain. Contoh seperti ekspor produk kerajinan ukiran dan pasir laut ke luar negeri.
Faktor Yang Menghambat Usaha Kecil

Pengusaha kecil dalam menjalankan operasinya banyak menghadapi permasalahan berupa penyakit yang menyerang usahanya. Penyakit ini terkadang dianggap sepele, tetapi banyak yang menyebabkan matinya usaha. Meskipun ada pengusaha kecil yang menderita penyakit ini tetapidapat besar dan sukses, namun umumnya mangalami banyak permasalahan.

Ada tujuh penyakit yang banyak diderita oleh pengusaha kecil :

1. Tuli, kurang dapat menerima informasi. Bila sudah mendengar satu informasi ia tidak dapat mendengar / tidak mau mendengar informasi baru. Penyakit ini dapat mematikan usaha.

2. Muntah, mengeluarkan sesuatu dari mulut yang seharusnya diprosesdalam perut. Meskipun penyakit ini sederhana tetapi membuat hidup pengusaha kecil semakin susah saja.

3. Mencret, penyakit yang diakibatkan kecerobohan dan kurang hati-hati. Penyakit yang sederhana ini juga dapat mematikan.

4. Kurap, penyakit sederhana yang sering diabaikan tetapi lama kelamaan dapat mematikan.

5. Batuk, juga banyak penyakit yang banyak diderita pengusaha kecil dan penyakit batuk menahun sangat berbahaya.

6. Kutil, penyakit lain yang lama kelamaan juga membahayakan pengusaha karena biasanya akan mengecewakan orang lain.

7. Campak, penyakit terakhir yang paling berbahaya dan kebanyakan tidak dapat diobati. Hanya dengan kesadaran yang kuat penyakit ini dapat disembuhkan. Kebanyakan pengusaha yang menderita penyakit dapat mengalami kematian usaha.

7 HAMBATAN

Tujuh penyakit di atas sebetulnya berkaitan dengan masalah yang dijumpai dan dihadapi oleh pengusaha kecil yaitu dapat digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen dikatagorikan sebagai berikut :

Masalah Pemasaran (Tuli, mencret, muntah)
Masalah Produksi ( Kurap dan batuk)
Masalah organisasi ( Kutil)
Masalah keuangan ( Campak)
Penjelasan berbagai masalah ini adalah sebagai berikut :

TULI,

yang dimaksud tuli adalah "Satu Pembeli". Mungkin hal ini sangat janggal, mengapa ada pengusaha yang hanya memiliki satu atau dua pembeli saja. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh-contoh di bawah :

Ø Pada kontraktor, perusahaan kecil biasanya hanya mampu mengerjakan proyek kecil saja. Setelah mengerjakan proyek tersebut, seluruh kapasitasnya habis terkuras. Proyek lain tidak ada lagi, sehingga pembelinya hanya satu, itupun untuk dapat satu proyek harus berusaha dan bekerja dengan susah payah.

Ø Catering juga mengalami hal yang sama, setelah menerima order, misalnya selama tiga bulan, suatu kantor atau pabrik, sudah sukar untuk jualan lagi di akntor lain karena kapasitasnya sudah habis.

Ø Kadang kala dalam kasus subcontractor, produsen hanya satu perusahaan besar lain, dan sudah habis tenaganya.
Dan masih banyak lagi contoh lain, kelemahan utama dari penyakit ini adalah :

Ø Harga jual dikuasai oleh pembeli, pengusaha kecil tidak berani menawar, takut kalau batal ordernya, yang berarti perusahaan tidak dapat penghasilan karena tidak memiliki pembeli lain.

Ø Sering order yang diperoleh tidak kontinyu, karena pengusaha jenis ini banyak yang mengantri pekerjaan, sehingga diterapkan asas giliran atau arisan pekerjaan.

Ø Bila satu-satunya pembeli tidak membeli perusahaan akan bangkrut. Kadang kala ada perusahaan yang menderita penyakit ini tapi tetap sukses, tetapi tidak banyak, dan biasanya mereka memiliki suatu hubungan yang khusus dengan pembeli, tetapi hubungan ini putus setelah perusahaan menderita/ mengalami masalah.

MENCRET

yang dimaksud mencret adalah " Menjual ceroboh dan Teledor". Pengusaha sering kurang perhatian terhadap pembelinya, pelayanan yang tidak baik, sering "Mengecewakan Pembeli" dapat menyebabkan pembeli lari ke tempat lain . Diberikan beberapa contoh di bawah ini :

Ø Seorang calon pembeli menanyakan harga produk yang ditawarkan, tetapi salesman tidak dapat menjawab dan mempersilahkan pembelinya langsung telepon ke pemilik perusahaan karena masalah harga menjadi wewenang pemilik. Calon pembeli marah dan berkata, kalau jualan tidak tahu harga produkmaka jangan jualan, pemiliknya saja yang disuruh menjadi salesman. Kamu duduk-duduk dikantor saja, ini pemilik tidak mau sampai anak buahnya berhasil menjual, karena dapat merongrong kewibawaan, meskipun karyawan ikut memajukan perusahaan.

Ø Seseorang menjahitkan setelan jas untuk resepsi, setelah disepakati tentang lama pemesanan (order), pemesan datang lagi pada hari yang ditentukan. Ternyata jasnya belum selesai, sedangkan jas tersebut harus segera dipakai untuk pertunangan, tentu hal ini akan membuat keributan.

Ø Penjual selalu memberikan kembali dengan permen. Oleh seorang pembeli permen tersebut dikumpulkan lalu dipakai untuk membeli ditempat penjual tersebut. Penjual marah : yang benar saja beli pakai permen, memang toko bapakmu.

Ø Ukuran kaki ibu terlalu besar, silahkan saja pergi ke rak sepatu basket pria, disana banyak yang cocok.

Masalah yang dapat timbul adalah :

Ø Penjual sering menyinggung perasaan pembeli.

Ø Penjual tidak memahami kebutuhan dari pembeli.

Ø Pembeli tidak datang lagi karena kecewa, sehingga lamakelamaan pembeli habis tidak ada yang berkunjung.

MUNTAH,

Yang dimaksud dengan muntah adalah " Menjual Mentah". Pengusaha sebagai penjual tidak melakukan nilai tambah apa-apa, barang yang dijual persis seperti yang dibeli. Untuk jelasnya diberikan contoh di bawah :

Ø Penjual cabe, hanya menjual cabe saja tanpa proses. Waktu produksi sedikit, harga jual baik, tetapi harga beli cabenya juga naik, waktu kelebuhan produksi harga jual, pengusaha menderita kerugian. Masalah yang dihadapi oleh pengusaha ini antara lain adalah :

Ø Laba yang diperoleh tidak banyak, karena pengusaha tidak melakukan proses tambahan.

Ø Karena tidak diproses maka produknyya bersifat umum dan biasa, sehingga mudah direbut pesaing.

Ø Harga tidak stabil cenderung merugikan pengusaha.

KURAP,

penyakit kurap adalah "Kurang Pemasok/suplier" , Banyak perusahaan hanya memiliki satu pemasok. Karena mereka menganggap pemasok tersebut sebagai langganan, mereka percaya penuh, sehingga tidak pernah membandingkan dengan pemasok lain, sedangkan pemasok lainharganya dan syaratnya bisa lebih baik. Akibat pengusaha tidak memiliki hubungan dengan pemasok lain, sehingga kalau terjadi masalah dengan pemasok tersebut, maka pengusaha akan menghadapi masalah besar. Bahkan banyak pengusaha hanya memiliki satu pemasok bahan baku sekaligus pemasok tersebut menjadi satu-satunya pembeli. Contohnya sebagai berikut : Seorang pengusaha sepatu membeli kulit dari pemasok kulit, yang ternyata adalah sekaligus juga pembeli dari seluruh produk sepatu.

Masalah yang dihadapi oleh pengusaha ini adalah :

Ø Harga beli dikuasai oleh pemasok.

Ø Bila pasokan berhenti maka perusahaan dalam masalah karena tidak ada alternatif dari pemasok lain.

Ø Akan muncul masalah komplek yang lain.

BATUK,

Penyakit batuk adalah "Barang Tunggal dan Ketinggalan Model", juga sering dijumpai diberbagai pengusaha. Sampai pengusaha itu akan bangkrut namun tetap mampertahankan produk yang dihasilkan walaupun sudah tidak sesuai lagi dengan selera pasardan tidak melakukan diversifikasi produk usahanya.. contoh yang dapat diberikan :

Ø Pengrajin lurik dengan ATBM (Alat Tenun Bukam Mesin) banyak yang bangkrut di daerah Delanggu, Pengrajin gerabah yang memproduksi kendi, celengan sederhana yang mengalami gulung tikar karena tidak mencoba melakukan diversifikasi usaha dan menuruti selera pasar konsumen yang berkembang.

Masalah yang dijumpai oleh pengusaha yang hanya memiliki satu output produk antara lain :

Ø Perusahaan yang hanya memiliki output satu produk mudah disaingi oleh kompetitor lain, karena tidak memiliki produk potensial yang lain.

Ø Perusahaan yang hanya memiliki satu output produk bisa mengalami bangkrut, karena produk yang dihasilkan memiliki usia kejenuhan suatu produk dan apabila sudah tidak laku pengusaha tidak dapat menyesuaikan diri untuk beralih ke produk lain.

Ø Pengusaha yang demikian biasanya tidak memiliki daya kreatif dan tidak mau diberi saran.

KUTIL,

yang dimaksud adalah "Kurang Terampil". Banyak pengusaha memasuki bisnis tanpa memiliki ketrampilan yang baik dan hal ini tetap terus dipertahankan selama usaha. Pengusaha enggan untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan, lebih-lebih untuk meningkatkan kemampuan bawahannya, karena dianggap hanya akan menambah biaya operasional perusahaan. Contoh sebagai berikut :

Ø Pengusaha mebel, yang tidak pernah meningkatkan ketrampilannya untuk dapat membuat mebel knock down. Pengusaha ini secara perlahan-lahan akan mengalami kehabisan pasar alias tidak ada pembeli yang ingin membeli produknya.

Ø Pengrajin kompor, selalu mempertahankan tehnologinya meskipun sudah banyak keluhan daripembeli kalau kompor tersebut sering meledak saat digunakan.

Masalah yang sering dijumpai oleh pengusaha tersebut antara lain :

Ø Pengusaha tidak mau meningkatkan kemampuan untuk perkembangan usahanya.

Ø Pengusaha tidak mau meningkatkan kemampuan bawahannya, sehingga mutu/kualitas produknya kurang sesuai dengan keinginan konsumen.

CAMPAK,

yang dimaksud adalah "Campuran Usaha dan Keluarga". Penyakit ini adalah penyakit yang paling parah dan paling banyak dijumpai oleh pengusaha kecil. Memang dalam usaha kecil, usaha dan keluarga tercampur, tetapi kalau hal ini terus dilestarikan, banyak pengusaha kecil justru tidak berkembang atau mengalami kebangkrutan. Faktor yang tercampur biasanya meliputi keuangan yaitu membeli keperluan keluarga yang dibebankan pada perusahan dan masalah keputusan, dimana istri dan anak yang tidak memiliki keahlian ikut campur dalam keputusan perusahaan yang berarti. Perusahaan seperti ini dalam perkembangannya justru semakin menyempit, dimana yang berperan dalam perusahaan adalah anggota keluarga dan orang luar disingkirkan. Sebenarnya dibandingkan dengan penyakit sebelumnya, penyakit ini merupakan penyakit yan dibuat sendiri. Pada aspek pasar, masalah dikendalikan oleh pembeli, pada aspek produksi dikendalikan oleh pemasok dan aspek organisasi masalah ditentukan oleh kayawan. Dalam aspek keuangan terjadinya masalah karena muncul dari diri pengusaha sendiri. Karena pengusaha sering tidak dapat mengontrol diri sendiri, maka banyak masalah timbul. Contohnya adalah :

Ø Seorang pengusaha berfoya-foya ketika perusahaanya untung dengan menggunakan uangnya secara konsumtif untuk keperluan keluarga, kayawan tidak ikut menikmati, bahkan uang lembur diberikan terlambat.

Masalah yang dijumpai dalam hal ini adalah :

Ø Sulit melakukan kontrol keuangan, karena pengusaha kecil memang tidak mau keadaan kas keuangannya terkontrol.

Ø Pengeluaran keluarga sring dijumpai jauh lebih besar dari pengeluaran perusahaannya.

Ø Tidak memberikan teladan yang baik pada karyawan, karena karyawan dapat ikut-ikutan merusak perusahaan.

ALTERNATIF PENGOBATAN

Alternatif pengobatan yang bisa dilakukan oleh pengusaha

1. Tuli (Satu Pembeli) dapat diobati dengan "PERMEN" yang dimaksud adalah "Pengecer atau Multi Konsumen". Pengusaha sebaiknya menjadi pengecer yang melayani partai kecil atau eceran, bukan grosir, yang hanya menjual partai besar. Menjadi grosir dimungkinkan apabila pembelinya tetap banyak. Contoh pada sentra sepatu Cibaduyut, sentra jeans di Cihampelas, sentra gerabah di kasongan Yogya dan sebagainya.

2. Muntah (Menjual Mentah) dapat diobati dengan "PROMAH', yang dimaksud adalah "Proses dan Nilai Tambah". Pengusaha harus memberi nilai tambah dengan alternatif cara dalam pemprosesan produksi.

3. Mencret (Menjual ceroboh dan Teledor) dapat diobati dengan " KEMENYAN", yang dimaksud adalah "Ketrampilan Menjual dan Ramah", diperlukan peningkatan ketrampilan penjualan, terutama dalam mengatasi keberatan pelanggan secara bijaksana.

4. Kurap (Kurang Pemasok) dapat diobati dengan "Surbek T" yang dimaksud adalah "Survey ke banyak Pemasok dan Tempat Lain". Meskipun membeli dalam jumlah sedikit, perlu kita membeli barang ke berbagai pemasok agar dapat mengetahui perkembangan dan dapat membandingi harga antar pemasok juga penting untuk membina hubungan. Memang tidak selalu satu pemasok itu buruk untuk usaha kita.

5. Batuk (Barang Tunggal dan Ketinggalan Model) dapat diobati dengan "Diatab" yang dimaksud adalah "Diversifikasi Produk dan Tambah Barang ". diversifikasi dijalankan dengan produk yang sejenis atau yang mendukung, jangan yang berbeda jenis, kemungkinan peengusaha mengalami kesulitan. Pada periode-periode tertentu perlu dilakukan perubahan mode sekaligus mengamati perkembangan selera pasar.

6. Kutil (Kurang Teliti) dapat diobati dengan "Kurma" yang dimaksud adalah "Kursus dan Magang". Mengikuti baik pelatihan ketrampilan teknis maupun manajerial dan juga perlu mengikuti program pemagangan. Pengusaha juga harus bersedia mengirimkan bawahannya mungkin sampai berbulan-bulan untuk magang tanpa mnghasilkan apa-apa.

7. Campak (Campuran Usaha dan Keluarga) dapat diobati dengan " Oralit" yang dimaksud adalah "Moral dan Itikad". Obat utama dari penyakit ini adalah moral, etika dan nilai yang baik, tidak hanya dipahami tetapi juga diterapkan. Tanpa hal ini, banyak perusahaan tidak berkembang bahkan mengalami banyak masalah. Tanpa didasari moral yang baik, maka pelatihan manajemen keuangan, harga pokok produksi, pembukuan sederhana, tidak ada manfaatnya sama sekali.Pengontrolan hanya bisa dilakukan dengan moral yang baikdan kuat. Bila pemilik sudah tertutup dan tidak dapat mengontrol dirinya, maka perusahaan trerus menerus dalam kesulitan.
Macam-Macam Strategi Manajemen
August 21, 2010
By samsul
I. KONSEP STARTEGI
Pada bab ini, kami akan mengeksplorasi manajemen strategi yang dianggap sebagai satu tipe spesifik dari suatu perencanaan. Misalnya, jika ada minimal 2 perusahaan yang beroperasi dengan produk (barang dan jasa) yang sama, maka salah satu di antaranya ingin keluar sebagai pemenang dalam persaingan bisnisnya. Sebagai pemenang dalam dunia bisnis seringkali diartikan mendapat pangsa pasar (market share) terbesar yang nantinya akan mempunyai kekuatan monopoli dan jika monopoli dilarang oleh pemerintah, maka minimal perusahaan tersebut menjadi perusahaan berstatus pemimpin atau penentu harga (price setter atau price leader).
Masing-masing pihak akan selalu berusaha untuk memenangkan persaingan dan melakukan analisis tentang kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats) satu sama lain. Kelemahan dirinya dan ancaman dari perusahaan pesaing akan selalu dianalisis dan diantisipasi yang kemudian akan diperbaiki agar tidak mudah diserang atau ditundukkan oleh perusahaan pesaing.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti dari manajemen strategi adalah memenangkan persaingan. Karena manajemen strategi selalu berusaha memenangkan persaingan, maka mau tidak mau perusahaan harus senantiasa menganalisis diri dan memperbaiki diri agar tampil lebih baik dari perusahaan pesaing.
A. Apa Itu Strategi?
▪ Menurut KBBI, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang maupun damai.
▪ Secara eksplisit, strategi adalah rencana tindakan yang menjabarkan alokasi sumber daya dan aktivitas lain untuk menanggapi lingkungan dan membantu organisasi mencapai sasarannya.
▪ Intinya strategi adalah pilihan untuk melakukan aktivitas yang berbeda atau untuk melaksanakan aktivitas dengan cara berbeda dari pesaingnya.
B. Apakah Manajemen Strategi?
▪ Manajemen strategi (strategic management) adalah seperangkat keputusan dan tindakan yang digunakan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi-strategi yang berdaya saing tinggi dan sesuai bagi perusahaan dan lingkungannya untuk mencapai sasaran organisasi.
▪ Beberapa pertanyaan yang sering diajukan para manajer seperti:
1) Perubahan dan tren apa yang terjadi pada lingkungan yang kompetitif?
2) Siapakah konsumen kita?
3) Produk atau pelayanan apa yang seharusnya kita tawarkan?
4) Bagaimana kita dapat menawarkan produk dan pelayanan seefisien mungkin?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas dapat membantu manajer membuat pilihan mengenai bagaimana memposisikan organisasi yang penuh dengan perusahaan pesaing.
C. Tujuan Manajemen Strategi
▪ Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang dipilih secara efektif dan efisien.
▪ Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi serta melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat penyimpangan di dalam pelaksanaan strategi.
▪ Senantiasa memperbarui strategi yang dirumuskan agar sesuai dengan perkembangan lingkungan eksternal.
▪ Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bisnis yang ada.
▪ Senantiasa melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai dengan selera konsumen.
D. Manfaat Manajemen Strategi
▪ Aktivitas formulasi strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi perusahaan.
▪ Proses manajemen strategi akan memberikan hasil keputusan terbaik dikarenakan interaksi kelompok mengumpulkan berbagai strategi yang lebih besar.
▪ Keterlibatan karyawan di dalam formulasi strategi akan dapat memperbaiki pengertian mereka atas penghargaan produktivitas di dalam setiap perencanaan strategi dan dengan demikian dapat mempertinggi motivasi kerja mereka.
▪ Penerapan manajemen strategi membuat manajemen perusahaan menjadi lebih peka terhadap ancaman yang datang dari luar perusahaan.
▪ Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategi akan lebih profitable (menguntungkan) dan lebih berhasil daripada yang tidak menerapkannya.
E. Strategi Besar (Grand Strategy)
Adalah rencana umum berupa tindakan-tindakan besar yang digunakan perusahaan untuk meraih sasaran jangka panjang. Strategi besar dibedakan dalam 3 kategori:
▪ Pertumbuhan (Growth), dapat dilakukan secara internal meliputi pengembangan dari produk baru atau produk lama yang mengalami perubahan dan secara eksternal dengan memperoleh tambahan divisi bisnis atau diversifikasi yang artinya mengakuisisi bisnis yang terkait dengan lini produk saat itu.
▪ Stabilitas (Stability) atau Strategi Diam, artinya adalah bahwa organisasi ingin tetap berada pada ukurannya yang sama atau tumbuh perlahan dengan cara-cara yang masih dapat dikendalikan.
▪ Pemangkasan (Retrenchment), berarti organisasi terpaksa melalui periode terjadinya penurunan dengan penyusutan unit bisnis yang ada saat ini atau menjual atau melikuidasi keseluruhan unit bisnis.
F. Strategi Global
Di arena internasional, perusahaan-perusahaan menghadapi dilema strategi antara integrasi global dan tanggung jawab nasional (national responsiveness). Organisasi harus memutuskan apakah ia ingin agar setiap afiliasinya bertindak secara otonomi atau apakah aktivitas yang dilakukan harus distandarisasi dan disentralisasikan di seluruh negara. Ada 3 kategori strategi global:
▪ Strategi Globalisasi (Globalization Strategy), merupakan standarisasi rancangan produk dan strategi periklanan di seluruh dunia.
▪ Strategi Multidomestik (Multidomestic Strategy), adalah modifikasi desain produk dan strategi periklanan untuk mengakomodasi kebutuhan spesifik dari masing-masing negara. Maksudnya adalah perusahaan multinasional ada di sejumlah negara, namun periklanan dan rancangan produknya disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing negara.
▪ Strategi Transnasional (Transnational Strategy), yaitu strategi yang mengkombinasikan koordinasi global untuk meraih efisiensi dengan fleksibilitas untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada berbagai negara.
II. TINGKATAN STRATEGI
Terdapat 3 tingkatan strategi dalam organisasi yaitu:
1. Strategi Tingkat Perusahaan (Corporate Strategy)
2. Strategi Tingkat Bisnis (Business Strategy)
3. Strategi Tingkat Fungsional (Functional Strategy)
1. Strategi Tingkat Perusahaan (Corporate Strategy)
▪ Ditetapkan oleh tingkat manajemen tertinggi di dalam organisasi dan mengarah kepada bisnis apa yang akan dilakukan serta bagaimana sumber daya dialokasikan di antara bisnis tersebut.
▪ Strategi korporasi secara umum melibatkan tujuan jangka panjang yang berhubungan dengan organisasi secara keseluruhan dan investasi keuangan secara langsung.
2. Strategi Tingkat Bisnis (Business Strategy)
▪ Ditetapkan oleh masing-masing unit bisnis strategi (Strategy Business Unit=SBU). Strategi bisnis biasanya diformulasikan oleh manajer tingkat bisnis melalui negosiasi dengan manajer korporasi dan memusatkan kepada bagaimana cara bersaing dalam dunia bisnis yang ada.
▪ Strategi bisnis harus melalui dan diperoleh serta didukung oleh strategi korporasi.
3. Strategi Tingkat Fungsional (Functional Strategy)
▪ Mempunyai lingkup yang lebih sempit lagi dibandingkan strategi korporasi dan strategi bisnis.
▪ Berhubungan dengan fungsi bisnis seperti fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi SDM, fungsi keuangan, fungsi riset dan pengembangan (R&D).
▪ Strategi fungsional harus mengarah kepada strategi bisnis dan konsep mereka yang paling utama adalah tergantung kepada hasil jawaban bagaimana cara menerapkannya.

• III. PROSES MANAJEMEN STRATEGI
Secara umum proses manajemen strategi terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1. Menetapkan arah dan misi organisasi,
2. Memahami lingkungan internal dan eksternal organisasi,
3. Memformulasikan strategi,
4. Mengimplementasikan strategi, dan
5. Mengevaluasi dan mengawasi strategi.
1. Menetapkan arah dan misi organisasi
Setiap organisasi pasti mempunyai visi,misi dan tujuan. Visi,misi dan tujuan ini akan menentukan arah yang akan dituju oleh organisasi. Tanpa adanya visi,misi, dan tujuan maka kinerja organisasi akan berjalan acak dan kurang jelas serta mudah berubah dan diombang-ambingkan oleh situasi eksternal.
Perubahan yang tidak mempunyai visi, misi dan tujuan seringkali bertindak spontantitas dan kurang sistematis seperti yang dilakukan oleh pedagang kecil hanya untuk memperoleh sesuap nasi. Tentunya hal ini tidak boleh terjadi bagi suatu organisasi bisnis (perusahaan) apalagi jika perusahaan tersebut boleh dikatakan skala menengah dan atas.
2. Memahami lingkungan internal dan eksternal
Tujuan analisis lingkungan adalah untuk dapat mengerti dan memahami lingkungan oraganisasi sehingga manajemen akan dapat melakukan reaksi secara tepat terhadap setiap perubahan, selain itu agar manajemen mempunyai kemampuan merespon berbagai isu kritis mengenai lingkungan yang mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap perusahaan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal berada di luar perusahaan sedangkan lingkunga internal berada di dalam perusahaan.
• Lingkungan eksternal:
ü Memiliki dua variabel yakni peluang (opportunity) dan acaman (threats)
ü Terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan tugas dan lingkungan umum
• Lingkungan internal:
üMemiliki dua variabel yakni kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)
ü Mencakup semua unsur bisnis yang ada di dalam perusahaan seperti struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan dan sumber daya.
3. Memformulasikan strategi
Formulasi strategi melibatkan penetapan serangkaian tindakan yang tepat guna mencapai tujuan perusahaan. Formulasi strategi ini meliputi pengembangan misi bisnis, analisa SWOT:mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal serta mengukur dan menetapkan kelemahan dan kekuatan internal dan menetapkan tujuan jangka panjang.
• Analisa SWOT
SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang) dan threats (ancaman). Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekutaan dan kelemahan internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi.
• Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi di mana perusahaan mampu melakukan semua tugasnya secara sangat baik (diatas rata-rata industri).
• Kelemahan (weakness) adalah kondisi di mana perusahaan kurang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik di karenakan sarana dan prasarananya kurang mencukupi.
• Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis menguntungkan yang dapat diraih oleh perusahaan yang masih belum di kuasai oleh pihak pesaing dan masih belum tersentuh oleh pihak manapun.
• Ancaman (threats) adalah suatu keadaan di mana perusahaan mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kinerja pihak pesaing, yang jika dibiarkan maka perusahaan akan mengalami kesulitan dikemudiaan hari.
4. Mengimplementasikan strategi
Di dalam implementasi strategi, perusahaan diharapkan menetapkan atau merumuskan tujuan perusahaan tahunan (annual objective of the business), memikirkan dan merumuskan kebijakan, memotivasi karyawan serta mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah di formulasikan dapat dilaksanakan.
Mengimplementasikan berarti menggerakan para karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah formulasikan menjadi tindakan nyata. Implementasi strategi memerlukan kinerja dan disiplin yang tinggi tetapi juga diimbangi dengan imbalan yang memadai.
Tantangan implementasi adalah menstimulir para manajer dan karyawan melalui organisasi agar mau bekerja dengan penuh kebanggaan dan antusias ke arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
5. Mengevaluasi dan mengawasi strategi
Evaluasi dan pengawasan strategi merupakan tahap terakhir di dalam proses strategi. Pada dasarnya evaluasi strategi mencakup 3 hal, yaitu:
1. Mereview faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar bagi strategi yang sedang berlangsung,
2. Mengukur kinerja yang telah dilakukan, dan
3. Mengambil berbagai tindakan perbaikan.
Evaluasi strategi sangat diperlukan sebab keberhasilan perusahaan dewasa ini tidak menjadi jaminan keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang.
IV. STRATEGI KORPORASI (CORPORATE STRATEGY)
Strategi korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak dan dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan organisasi. Memformulasikan strategi korporasi di dalam perusahaan besar akan sangat sulit sekali sebab banyak sekali strategi tingkat bisnis yang sangat berbeda dan memerlukan koordinasi guna mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Demikian model strategi yang dipakai adalah portofolio bisnis, sbb:
1. Strategi Portofolio
Strategi portofolio adalah tipe strategi tingkat perusahaan yang berhubungan dengan bauran antara unit-unit bisnis (UBS=SBU) dan lini-lini produk yang sesuai satu sama lain dalam cara-cara yang masuk akal sehingga memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
UBS (Unit Bisnis Strategi) merupakan suatu divisi organisasi yang memiliki misi bisnis, lini produk, pesaing dan pasar berbeda terhadap UBS lain dalam organisasi yang sama.
2. Matriks BCG
Matriks BCG (Boston Consulting Group) mengorganisir bisnis-bisnis dalam dua dimensi yaitu pertumbuhan bisnis dan pangsa pasar (market share).
• Tingkat pertumbuhan bisnis (Business Growth Rate) berkaitan dengan seberapa cepat industri mengalami peningkatan.
• Pangsa pasar (market share) mendefinisikan apakah sebuah unit bisnis memiliki pangsa yang lebih kecil atau lebih besar dibandingkan dengan pesaingnya.
V. STRATEGI BISNIS (BUSINESS STRATEGY)
Merumuskan strategi bisnis melibatkan pengambilan keputusan pada tingkat unit bisnis. Di dalam strategi tingkat ini yamh ditujukan adalah bagaimana cara bersaingnya. Pendekatan yang berguna di dalam merumuskan strategi bisnis sebainya didasarkan atas analisis persaingan yang dicetuskan oleh Michael Porter:
• Lima Kekuatan Kompetitif Porter
Pendekatan Porter didasarkan atas analisis 5 kekuatan persaingan. Tekanan persaingan mencakup:
1. Ancaman Pendatang Baru, perusahaan yang memasuki industri yang membawa kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang baik dan laba, akan tetapi semua itu sangat tergantung kepada rintangan atau kendala yang mengitarinya.
2. Daya Tawar Menawar Pemasok, pemasok dapat juga menjadi ancaman dalam suatu industri sebab pemasok dapat menaikkan harga produk yang dijual atau mengurangi kualitas produk. Jika harga produk pemasok naik maka harga pokok perusahaan juga naik sehingga akan menaikkan harga jual produk. Jika harga jual produk naik maka sesuai dengan hukum permintaan, permintaan produk akan menurun. Begitu pula jika pemasok menurunkan kualitas produk, maka kualitas produk penghasil juga akan turun, sehingga akan mengurangi kepuasan konsumen.

3. Daya Tawar Menawar Pembeli, pembeli akan selalu berusaha mendapat produk dengan kualitas baik dan dengan harga yang murah. Sikap pembeli semacam ini berlaku universal dan memainkan peran yang cukup menentukan bagi perusahaan. Jika suatu produk dinilai harganya jauh lebih tinggi dari kualitas (harganya tidak mencerminkan yang sepantasnya) maka pembeli (konsumen) tidak akan membeli produk perusahaan.
4. Daya Tawar Produk Pengganti, produk pengganti secara fungsional mempunyai manfaat yang serupa dengan produk utama (asli), namun memiliki kualitas produk dan harga yang lebih rendah. Umumnya, produk pengganti disenangi oleh orang yang berpenghasilan rendah akan tetapi ingin tampil dengan status lebih tinggi dari keadaan sebenarnya.
5. Persaingan Antar Pesaing, persaingan konvensional selalu berusaha sekeras mungkin untuk merebut pangsa pasar perusahaan lain. Konsumen merupakan objek persaingan dari perusahaan yang sejenis yang bermain di pasar. Siapa yang dapat memikat hati konsumen maka perusahaan akan dapat memenangkan persaingan. Untuk dapat memikat konsumen maka berbagai cara dilakukan mulai dari memberikan fasilitas khusus, pemberian kredit dengan syarat ringan, harga murah atau diskon.
• Strategi Kompetitif Porter
1. Diferensiasi (Differentiation), adalah salah satu tipe strategi kompetitif di mana organisasi berupaya membuat produk atau jasa yang ditawarkannya berbeda dengan pesaing. Organisasi dapat menggunakan periklanan, fitur produk yang berbeda, pelayanan atau teknologi baru untuk meraih persepsi produk yang dianggap unik.
2. Kepemimpinan Biaya (Cost Leadership), merupakan salah satu tipe strategi kompetitif di mana organisasi secara agresif berupaya menjadi lebih efisien (melakukan reduksi biaya) dari pesaing-pesaingnya dengan memotong biaya produksi dan pengawasan biaya yang sangat ketat.
3. Fokus (Focus), adalah salah satu tipe strategi kompetitif yang menekankan pada kondentrasi terhadap suatu segmen pasar atau kelompok pembeli tertentu.

kiat usaha

KIAT-KIAT MEMULAI USAHA DAN BISNIS
1. START WITH A DREAM
Mulailah dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah mimpi dan yakinkan akan produk yang akan kita tawarkan. A dream is where it all started : Pemimpilah yang selalu menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk, cara pelayanan, jasa, ataupun ide yang dapat dijual dengan sukses. Mereka tidak mengenal batas dan keterikatan, tak mengenal kata “tidak bisa” ataupun “tidak mungkin”.
2. LOVE THE PRODUCTS OR SERVICES
Cintailah Produk Anda. Kecintaan akan produk kita akan memberikan sebuah keyakinan pada pelanggan kita dan membuat kerja keras terasa ringan. Membuat kita mampu melewati masa-masa sulit. Enthusiastism and Persistence : Antusiasme dan keuletan sebagai pertanda cinta dan keyakinan akan menjadi tulang punggung keberhasilan sebuah usaha yang baru.
3. LEARN THE BASICS OF BUSINESS
Pelajarilah fundamental business. BEYOND THE “BUY LOW, SELL HIGH, PAY LATE, COLLECT EARLY”: Tidak akan ada sukses tanpa ada sebuah pengetahuan dasar untuk business yang baik, belajar sambil bekerja, turut kerja dahulu selama 1-2 tahun untuk dapat mempelajari dasar-dasar usaha akan membantu kita untuk maju dengan lebih baik. Carilah Guru yang baik.

4. WILLING TO TAKE CALCULATED RISKS
Ambillah resiko. The Gaint that u will be able to achieve is directly proportional to the risk taken : Berani mengambil resiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap resiko yang akan diambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik-baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Dan inilah faktor penentu yang membedakan “entrepreneur” dengan “manager”. Entrepreneur akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, dan manager dibutuhkan akan mengatur perusahaan yang telah maju.
5. SEEK ADVICE, BUT FOLLOW YOUR BELIEF
Carilah nasehat dari pakarnya, tapi ikuti kata-kata kita. Consult Consultants, ask the experts, but follow your hearts. Entrepreneur selalu mencari nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat diputuskan dengan indera ke enam-nya. Komunikasi yang baik dan kepiawaian menjual. Pada fase awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci suksesnya. Dan kemampuan untuk memahami dan menguasai hubungan dengan pelanggan akan membantu mengembangkan usaha pada fase itu.
6. WORK HARD, 7 DAY A WEEK, 18 HOURS A DAY
Kerja keras. Etos kerja keras sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi hard-work and smart-work tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Hampir semua successful start-up butuh workaholics. Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerjanya, pada saat tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan bussinessnya. Melamunkan dan memimpikan kerjanya.
7. MAKE FRIENDS AS MUCH AS POSSIBLE
Bertemanlah sebanyak banyaknya. Pada harga dan kwalitas yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit mahal, orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasehat, membantu menolong pada masa sulit.
8. DEAL WITH FAILURES
Hadapi kegagalan. Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan mempertajam intuisi dan kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidak “mematikan”. Setiap usaha selalu akan mempunyai resiko kegagalan dan bila mana itu sampai terjadi, bersiaplah dan hadapilah !
9. JUST DO IT, NOW!
Lakukanlah sekarang juga. Bila anda telah siap, lakukanlah sekarang juga. Manager selalu melakukan READY-AIM-SHOOT, tetapi entrepreneur sejati akan melakukan READY-SHOOT-AIM ! Putuskan dan kerjakan sekarang, karena besok bukanlah milik kita.
Kunci Sukses Usaha
William A. Ward pernah berkata, Ada empat langkah mencapai sukses, yakni perencanaan yang tepat, persiapan yang matang, pelaksanaan yang baik, dan tidak mudah menyerah. Gunakan falsafah Ward ini agar sukses. Perinciannya sebagai berikut :
• Ikuti perkembangan jaman
Bergabunglah dalam organisasi yang berkaitan dengan bisnis Anda. Banyak membaca dan gali informasi sebanyak mungkin. Internet akan banyak membantu Anda.
• Buat rencana keuangan
Catat semua pemasukan dan pengeluaran setiap harinya. Buat target jangka pendek dan jangka panjang. Jangan pernah menyerahkan kondisi keuangan pada nasib. Perhitungkan dengan matang.
• Perkirakan aliran uang tunai
Anda harus bisa memperkirakan aliran uang tunai, paling tidak tiga bulan ke depan. Jangan membuat anggarkan pengeluaran yang lebih besar dari itu.
• Bentuk dewan penasehat atau cari tenaga ahli, untuk memberi ide, saran atau kritik terhadap Anda dan produk yang ditawarkan
Mereka bisa berupa teman-teman atau anggota keluarga yang dipercaya.
• Jaga keseimbangan antara kerja, santai, dan keluarga
Tak perlu ngoyo, karena sesuatu yang dikerjakan dengan ngoyo, hasilnya tak akan maksimal. Lagi pula, badan dan otak butuh istirahat.
• Kembangkan jaringan (network)
Tak ada salahnya berkenalan dan bergaul dengan orang-orang yang berhubungan atau bisa mendukung bisnis Anda. Siapa tahu ada ide yang bisa digali.
• Disiplin/motivasi
Aspek terberat dalam menjalankan usaha sendiri adalah disiplin atau motivasi untuk bekerja secara teratur. Untuk mengatasinya, buatlah daftar apa saja yang harus dikerjakan hari ini dan esok. Tentukan target yang harus dicapai dalam minggu ini.
• Selalu waspada dan siap
Rajin-rajin melakukan evaluasi terhadap pasar, produk dan sistem pemasaran. Kalau perlu, ubah cara kerja agar lebih efisien. Perbaiki cara pemasaran atau kualitas produk.
• Cintai pekerjaan Anda
Bagaimana akan sukses, jika Anda tak punya “sense of belongin” pada pekerjaan dan produk yang dihasilkan. Cintai pekerjaan dan produksi sendiri, dan uang akan mengikuti Anda.
• Jangan mudah menyerah
Para pengusaha sukses pun pernah mengalami kegagalan. Jika ingin cepat berhasil, segeralah bangkit dan belajar dari kegagalan. Jangan bersedih terlalu lama, apalagi menyerah.
Strategi Meraih Kemenangan
Apakah Anda selalu menganggap diri sendiri sebagai seorang pecundang ? Cara mengatasinya, belajarlah menjadi pemenang seperti impian Anda. Jika Anda punya kekuatan untuk menang, Anda dapat mencapai karir dan mimpi-mimpi Anda selama ini.
Berikut tipsnya :
a. Kekuatan untuk menang berasal dari pikiran Anda sendiri
Teddy Roosevelt, mantan presiden AS, berujar, “Seluruh sumber daya yang kita perlukan ada dipikiran.” Anda telah memiliki segala yang diperlukan untuk jadi seorang pemenang.
b. Yakinlah pada diri Anda
Tanpa kegagalan, Anda harus yakin bahwa Anda dapat mencapai tujuan dalam hidup ini. Jika tak yakin memilikinya, maka Anda tidak akan mencapainya.
c. Ketahuilah sesuatu yang membuat Anda bahagia
Jika Anda adalah orang yang senang berada di tengah orang banyak sementara Anda bekerja di sebuah gudang penyimpanan, silahkan Anda memikirkan kembali pilihan karir Anda.
d. Evaluasi talenta Anda dengan jujur
Jika Anda tidak tahu kekuatan dan hal-hal apa saja yang perlu ditingkatkan, Anda mungkin saja salah menilai pekerjaan yang tepat untuk Anda. Mungkin saja Anda yakin memiliki kemampuan untuk melayani konsumen dengan baik, tapi bos dan mitra kerja menilai Anda butuh berlatih lagi.
e. Jangan biarkan latar belakang menentukan masa depan Anda
Jika pengalaman kerja Anda tidak terlalu mulus, jangan biarkan hal ini mempengaruhi prospek karir Anda. Bila Anda telah memiliki tujuan, fokuslah pada hal ini. Jangan terpaku pada sindroma “saya ini orang malang” jika tidak berhasil mencapai sukses.
f. Ikuti teknik visualisasi cepat ini : gambarkan diri Anda tengah berlari dengan tim sepak bola
Bayangkan gawang adalah tujuan karir atau keinginan pribadi Anda. Bayangkan pula diri Anda yang berhasil menggolkan bola ke gawang lawan.
g. Kekuatan untuk menang adalah di tangan Anda
Tidak ada seorang pun yang dapat menyerahkan kesuksesan itu pada Anda. Andalah yang harus mewujudkan itu. Melakukan sesuatu adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan.
Tipe Wirausaha
1. Menjadi wirausahawan mandiri
Untuk menjadi seorang wirausahawan mandiri, berbagai jenis modal mesti dimiliki. Ada 3 jenis modal utama yang menjadi syarat :
• Sumber daya internal, yang merupakan bagian dari pribadi calon wirausahawan misalnya kepintaran, ketrampilan, kemampuan menganalisa dan menghitung risiko, keberanian atau visi jauh ke depan.
• Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja, social network dan jalur demand/supply, dan lain sebagainya.
• Faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon usahawan harus menghitung dengan seksama apakah ke-3 sumber daya ini ia miliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akan merasa optimis dan keputusan untuk membuat mimpi itu menjadi tunas-tunas kenyataan sebagai wirausahawan mandiri boleh mulai dipertimbangkan.
2. Mencari mitra dengan “mimpi” serupa
Jika 1 atau 2 jenis sumber daya tidak dimiliki, seorang calon wirausahawan bisa mencari partner/rekanan untuk membuat mimpi-mimpi itu jadi kenyataan. Rekanan yang ideal adalah rekanan yang memiliki sumber daya yang tidak dimilikinya sendiri sehingga ada keseimbangan “modal/sumber daya” di antara mereka. Umumnya kerabat dan teman dekatlah yang dijadikan prospective partner yang utama sebelum mempertimbangkan pihak lainnya, seperti beberapa jenis institusi finansial diantaranya bank.
Pilihan jenis mitra memiliki resiko tersendiri. Resiko terbesar yang harus dihadapi ketika berpartner dengan teman dekat adalah dipertaruhkannya persahabatan demi bisnis. Tidak sedikit keputusan bisnis mesti dibuat dengan profesionalisme tinggi dan menyebabkan persahabatan menjadi retak atau bahkan rusak. Jenis mitra bisnis lainnya adalah anggota keluarga, risiko yang dihadapi tidak banyak berbeda dengan teman dekat. Namun, bukan berarti bermitra dengan mereka tidak dapat dilakukan. Satu hal yang penting adalah memperhitungkan dan membicarakan semua risiko secara terbuka sebelum kerjasama bisnis dimulai sehingga jika konflik tidak dapat dihindarkan, maka sudah terbayang bagaimana cara menyelesaikannya sejak dini sebelum merusak bisnis itu sendiri.
Mitra bisnis lain yang lebih netral adalah bank atau institusi keuangan lainnya terutama jika modal menjadi masalah utama. Pinjaman pada bank dinilai lebih aman karena bank bisa membantu kita melihat secara makro apakah bisnis kita itu akan mengalami hambatan. Bank yang baik wajib melakukan inspeksi dan memeriksa studi kelayakan (feasibility study) yang kita ajukan. Penolakan dari bank dengan alasan “tidak feasible” bisa merupakan feedback yang baik, apalagi jika kita bisa mendiskusikan dengan bagian kredit bank mengenai elemen apa saja yang dinilai “tidak feasible”. Bank juga bisa membantu kita untuk memantau kegiatan usaha setiap tahun dan jika memang ada kesulitan di dalam perusahaan, bank akan mempertimbangkan untuk tidak meneruskan pinjamannya. Ini merupakan “warning” dan kontrol yang bisa menyadarkan kita untuk segera berbenah. Wirausahawan yang “memaksakan” bank untuk memberi pinjaman tanpa studi kelayakan yang obyektif dan benar akhirnya sering mengalami masalah yang lebih parah. Agunan (jaminan) disita, perusahaan tidak jalan, dan hilanglah harapan untuk membuat mimpi indah menjadi kenyataan. Kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi, dalam skala kecil maupun skala nasional. Pinjaman seringkali melanggar perhitungan normal yang semestinya diterapkan oleh bank sehingga ketika situasi ekonomi tidak mendukung, sendi perekonomian mikro dan makro pun turut terbawa jatuh.
3. Menjual mimpi itu kepada wirausahawan lain (pemilik modal)
Jika teman atau kerabat yang bisa diajak bekerjasama tidak tersedia (entah karena kita lebih menghargai hubungan kekerabatan atau persahabatan atau karena memang mereka tidak dalam posisi untuk membantu) dan tidak ada agunan yang bisa dijadikan jaminan untuk memulai usaha anda, ada cara lain yang lebih drastis, yaitu menjual ide atau mimpi indah itu kepada pemilik modal. Kesepakatan mengenai bagaimana bentuk kerjasama bisa dilakukan antara si pemilik modal dan penjual ide. Bisa saja pemilik modal yang memodali dan penjual ide yang menjalankan usaha itu, bisa juga penjual ide hanya menjual idenya dan tidak lagi terlibat dalam usaha itu. Jalan ini biasanya diambil sesudah cara lainnya tidak lagi memungkinkan sedangkan ide yang kita miliki memang sangat layak diperhitungkan.
Ketiga cara di atas selayaknya dipikirkan sebelum seseorang mengambil keputusan untuk menjadi wirausahawan. Tanpa pemikiran mendalam, pengalaman pahit akan menjadi makanan kita. Banyak usaha yang akhirnya gulung tikar sebelum berkembang. Contohnya, pada tahun 1998, penduduk Jakarta tentu masih ingat akan trend “kafe tenda” sebagai reaksi atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang saat itu banyak terjadi.
Tiba-tiba saja banyak mantan karyawan perusahaan beralih profesi menjadi wirausahawan. Bahkan usaha tersebut ramai-ramai diikuti oleh pula oleh para selebritis. Trend ini tidak mampu bertahan lama. Banyak “usaha dadakan” ini terpaksa gulung tikar. Entah kemana para wirausahawan baru kita ini akhirnya menggantungkan nasibnya sekarang.
KISAH SUKSES BERWIRASWASTA

Bagi Anda yang ingin berwiraswasta atau berwirausaha atau ingin mandiri dengan usaha sendiri atau Anda yang sudah mulai berwiraswasta namun masih ragu,maka beberapa contoh kisah sukses mereka yang sudah berwiraswasta berikut ini mungkin bisa menjadikan motivasi untuk tetap berusaha terus menuju kesuksesan dalam berusaha.

Contoh kisah nyata 1:
Empat orang mahasiswa di Jogjakarta setelah selesai kuliah tertarik untuk membuka usaha secara patungan,dimulai sejak tahun 2002 yang sukses dengan usaha waralabanya “Tela-tela”. Bisnis ini mereka tekuni awalnya hanya iseng tertarik dengan kentang goreng dengan saus yang disajikan oleh KFC atau Mikky Donuld. Mereka menyajikanya mirip tapi berdasarkan bahan baku berbeda. Kalau di KFC dengan kentang yang digoreng namun mereka mencoba membuat gorengan ala kentang KFC berbahan dasar singkong. Walaupun berbahan singkong namun dengan disajikan menarik seperti kentang KFC dan dijual dengan gerobak khusus yang dicat merah-kuning layaknya Mikkey Donuld, membuat masyaakat sekitar jadi tertarik. Awalnya hanya ditawarkan dikampus sesama para mahasiswa namun karena laris akhirnya membuka kios kecil dan hasilnya luar biasa, singkong gorengnya laris manis luar biasa!. Sampai mereka di Undang diacara Kick Andy di Metro TV dan mereka menceritakan hal ilhkwal bisnis gorenganya sampai di tahun 2008 sekarang ini, jumlah Otlet dengan sistem waralabanya berjumlah lebih dari seribu unit dan berpenghasilan atau omset milyaran rupiah tiap bulanya. Hebat bukan?. Sungguh tak percaya singkong yang murahan dikampung , disajikan dengan kemasan berbeda dan dikembangkan dengan sistem manajemen waralaba, yaitu dibuka untuk siapa saja untuk bergabung dengan menggunakan lisensi dagangya “tela-tela” dengan mendaftar dengan modal 8 juta rupiah,menjadi bisnis beromset milyaran rupiah perbulan, merupakan hasil luar biasa yang tidak mungkin diperoleh oleh karyawan biasa bukan?.

Contoh kisah nyata 2:
Seorang pemuda tidak lulus sekolah SD dari Solo, membuka kios Bakso Solo dan diberi nama “Jhon Kelana” dan di promosikan lewat siaran radio setempat akhirnya laris uar biasa! Dan jadi tempat tongkrongan anak muda, kemudian diperluas dengan menambah outlet bakso”Jhon kelana” dan dengan sistem waralabanya diseluruh tanah air mencapai lebih dari seribu unit kios”Bakso Jhon Kelana” dan beromset milyaran rupiah juga. Ia diminta hadir dan memberikan pengalamanya bersama Andrie Wongso di ancara Kick Andy Metro Tv.. Sungguh luar biasa bukan?

Contoh kisah nyata 3:
Seorang perempuan tidak lulus SMA, tepatnya hanya sampai kelas dua dan di droup out karena perempuan tersebut gemar berwiraswasta diluar sekolah, akhinya meantau ke Bandung dan membuka pengepul Ikan dari para nelayan, awalnya dia mengantarkan ikan-ikanya tersebut dengan truk ke hotel-hotel dan restorant di Jakarta dan harus menginap di Truk karena jarak dari Bandung – Jakarta lumayan jauh,namun karena kegigihan usahanya terus berkembang dan suatu hari mendapat permintaan dari orang Jepang untuk mengekspor Loftsernya ke Jepang, Dan pada kejadian gempa tsunami Aceh kemarin dia bersama sang suami ke Aceh tempat gempa paling parah dengan menyewa pesawat Checnya atau pesawat kecil antar kota. Saat meberikan bantuan itulah banyak penyumbang lain terutama dari Jepang yang mengenalnya dan bermaksud menyewa pesawatnya,dengan pengalaman lucu kata Ibu Susi ini namanya, orang-orang Jepang ini selalu datang ke tempat Bu Susi ini dengan menanyakan Susi Air, padahal pesawat yag dipakai tadi hanya pesawat sewaan. Namun orang Jepang tadi tidak mau ambil pusing dan menyewa untuk beberapa hari untuk kendaran di Aceh. Dan akhirnya timbul niat dari bu Susi ini untuk usaha penyewaan pesawat kecil antar kota, Hsilnya luar biasa!, tanpa harus bersaing dengan bisnis penerbangan besar lain,saat ini tahun 2008 dia bersama suami mempunyai pesawat sendiri berjumlah 17 buah untuk disewakan dan beromset milyaran rupiah perbulan. Sungguh luar biasa bukan?tidak lulus SMA pun hasilnya luar biasa.

Contoh kisah Nyata 4 :
Seorang pemuda dari Karanganyar tadinya seorang karyawan biasa pada perusahaan,namun timbul pemikiran menarik,bahwa bagaimana nasibnya bila ia terus menjadi karyawan yang gajinya kecil dan kenaikan gajinya hanya 10 sampai 15 % pertahun. Sampai usia berapa ia harus bekerja? Ia ingin punya rumah,punya mobil dan sebagainya. Akhirnya ia membuka usaha sendiri membuka usaha jasa pengiriman barang, kalau sekarang mirip TIKI atau titipan kilat. Dari pertama yang menyewa rumah dengan dibantu 5 orang karyawan, berhasil mendekati bank-bank dan kantor yang memerlukan jasanya, dan singkat cerita tahun 2008 ini ia telah mempekerjakan karyawan sebanyak 3000 orang karyawan dengan omset perbulan 30 milyaran rupiah, Fantastik! Luarbiasa!, dari seorang karyawan yang mau maju dan mau mandiri akhirnya jadi pengusaha sukses,benar-benar sukses bukan?.

Nah dari cerita diatas tentunya akan menggugah diri kita masing-masing bagaimana caranya untuk bisa mandiri seperti mereka dan bisa sukses seperti mereka, yang penting ada kemauan dan tentunya akan ada jalan. Ngak usah muluk-muluk dulu, bisa dimulai dengan buka warung ayam lalapan atau warung nasi campur, yang penring sabar dan tekun, siapa tahu bisa sukses seperti Wong Solo, dulunya cuma bermodal 4 ekor ayam dengan bangku kecil dan spanduknya yang besar,sukses akhirnya. Bukankah banyak jalan menuju sukses!
Sukses adalah milik setiap orang, bukan milik orang-orang tertentu saja, demikian pesan sang Motivator no.1 Indonesia Andrie Wongso.

Selamat mecoba
Semoga berhasil!
Good Luck!