SMK Negeri 1 Pangkalpiang

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Kamis, 10 Juni 2010

MODUL KEWIRAUSAHAAN 16

MODUL
KEWIRAUSAHAAN SMK
CARA MENGELOLA ALAT DAN BAHAN
Penanggung Jawab :
Prof. Dr. H. Mohammad Ali, M.A
Pengembang dan Penelaah Model :
Dr. H. Ahman, M.Pd.
Drs. Ikaputera Waspada, M.M
Dra. Neti Budiwati, M.Si
Drs. Endang Supardi, M.Si
Drs. Ani Pinayani, M.M
Penulis :
Dra. Neti Budiwati, MSi.
Bekerjasama dengan :
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2004
DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
16
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
1
MODUL
CARA MENGELOLA ALAT
DAN BAHAN
NETI BUDIWATI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Modul tentang “Cara Mengelola Alat dan Bahan” ini sebenarnya membahas
mengenai berbagai permasalahan yang terkait dengan kegiatan produksi.
Tentunya Anda masih ingat, bahwa input atau faktor produksi penting dari
kegiatan produksi adalah bahan dan alat produksi. Secara rinci modul ini akan
membahas mengenai:
1. Jenis-jenis pengelolaan alat produksi
2. Cara pengelolaan alat-alat produksi
3. Keuntungan pengelolaan alat produksi
4. Pengertian dan tujuan pengelolaan persediaan
5. Faktor-faktor yang menentukan persediaan
6. Menghitung kebutuhan dan persediaan bahan baku
7. Biaya-biaya persediaan barang
8. Menentukan persediaan optimal dan reorder point
Pembahasan materi dalam modul ini untuk membantu Anda dalam
memahami pengetahuan praktis tentang cara bagaimana mengelola bahan
dan alat produksi, yang merupakan dua hal penting dalam setiap kegiatan
produksi. Sehingga materi yang diuraikan dalam modul ini diharapkan
bermanfaat bagi Anda calon wirausaha maupun bagi para wirausaha, dalam
merancang suatu kegiatan usaha yang terkait dengan cara mengelola bahan
16
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
2
dan alat produksi melalui cara berfikir praktis yang cermat. Bila seorang
wirausaha ingin sukses dalam kegiatan usahanya, maka ia harus dapat
mengelola bahan dan alat produksi dengan baik.
B. Prasyarat
Untuk dapat memahami materi modul ini, Anda terlebih dahulu
sebaiknya Anda Menguasai materi sebelumnya yaitu tentang pengelolaan
proses produksi/jasa.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Bagi Peserta Didik / Siswa
1) Sebelum Anda membaca dan memahami uraian materi, diharapkan Anda
membaca dan memahami terlebih dahulu prasyarat dan tujuan
memperlajari modul ini.
2) Sebaiknya Anda mencoba untuk menjawab terlebih dahulu soal “cek
kemampuan” pada bagian F Bab I ini.
3) Setelah Anda faham prasyarat dan tujuannya, usahakan untuk membaca isi
modul secara berurutan, jangan melompat-lompat. Karena uraian materi
sudah disusun sesuai dengan urutannya, sehingga sebelum Anda benarbenar
menguasai suatu materi, Anda jangan dulu melanjutkan untuk
memahami materi berikutnya.
4) Apabila Anda menemukan kesulitan dalam memahaminya, Anda dapat
mendiskusikannya dengan teman atau bertanya kepada guru ATAU
pembimbing.
5) Untuk membantu Anda, sebaiknya sediakan alat tulis seperti buku notes,
pulpen dan stabilo untuk mencatat atau memberi tanda bagian-bagian
materi yang dianggap penting atau sulit. Disamping itu sediakan pula
kalkulator untuk memudahkan Anda memahami materi hitungan.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
3
2. Bagi Guru/Pembimbing
1) Guru atau pembimbing sebaiknya menempatkan siswa/peserta didik
sebagai subyek ajar dan guru/pembimbing sebagai pendamping atau
fasilitator.
2) Berikan kesempatan pada siswa/peserta didik untuk memahami materi
secara sendiri-sendiri dulu, tanpa harus dijelaskan terlebih dahulu oleh
guru. Dalam hal ini guru/pembimbing hanya mengarahkan dan memberi
petunjuk.
3) Guru/pembimbing memberi kesempatan pada siswa/peserta didik untuk
bertanya atau menjelaskan mengenai materi yang telah dipelajarinya.
4) Guru/pembimbing dapat membentuk kelompok kerja atau kelompok diskusi
siswa/peserta didik, untuk membantu siswa/peserta didik dalam memahami
materi.
5) Jawaban siswa atas soal-soal latihan untuk menguji penguasaan
kompetensi, sebaiknya diperiksa dan diberi komentar/dinilai oleh
guru/pembimbing dan dikembalikan ke siswa/peserta didik.
D. Tujuan Akhir
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar pada modul ini, diharakan
siswa/peserta didik:
a. Menguasai Indikator Kinerja:
1. Bersikap cermat dalam mengelola alat dan bahan
2. Membedakan jenis-jenis pengelolaan alat produksi
3. Mengidentifikasi keuntungan pengelolaan alat produksi
4. Menghitung kebutuhan dan persediaan bahan baku
5. Mendeskripsikan arti dan tujuan pengelolaan persediaan
6. Menidentifikasi faktor-faktor yang menentukan persediaan
7. Membedakan macam-macam biaya persediaan barang
8. Menghitung persediaan optimal dan reorder point
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
4
b. Kriteria Kinerja
Pencapaian keberhasilan indikator kinerja ditunjukkan dengan:
1. Siswa bersikap cermat dan taat azas dalam melakukan pengelolaan alat
dan bahan.
2. Siswa memiliki pengetahuan mengenai cara mengelola alat dan bahan.
3. Siswa memiliki keterampilan menghitung kebutuhan dan persediaan
bahan baku.
c. Kondisi/Variabel yang Diperlukan
Untuk mencapai indikator dari kegiatan belajar dalam modul ini, maka
peserta pelatihan/siswa diharuskan melakukan kegiatan:
1. Berdiskusi mengenai pengelolaan alat dan bahan yang tepat didalam kelas
2. Mengamati kegiatan usaha khususnya yang berkait dengan pengelolaan
alat dan bahan dengan melakukan observasi ke salah satu perusahaan
industri manufaktur secara berkelompok.
3. Berdiskusi dalam kelompok kerja masing-masing mengenai hasil observasi
yang dilakukan
E. Kompetensi
1. Kompetensi:
Merencanakan pengelolaan usaha kecil
2. Sub Kompetensi:
Menganalisis aspek-aspek pengelolaan usaha
3. Kriteria Unjuk Kerja:
Pengelolaan usaha dianalisis berdasarkan aspek produksi
4. Ruang Lingkup Kompetensi:
- Alat-alat produksi
- Persediaan
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
5
F. Cek Kemampuan
Sebelum Anda mempelajari materi modul ini, Anda diharuskan untuk
menjawab pertanyaan/soal di bawah ini terlebih dahulu:
1. Anda sudah mempelajari mengenai perencanaan produksi, apa kaitan
antara perencanaan produksi dengan pengelolaan alat dan bahan ? Coba
jelaskan !
2. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan alat dan pengelolaan bahan ?
3. Mengapa dalam kegiatan produksi diperlukan pengelolaan alat-alat
produksi ? Jelaskan !
4. Mengapa dalam kegiatan produksi diperlukan pengelolaan bahan/
persediaan ? Jelaskan !
5. Apa keuntungan dari pengelolaan alat dan persediaan ?
G. Glosarium
1. Preventif, yaitu bersifat pencegahan artinya merawat suatu alat
produksi yang dilakukan secara dini atau lebih awal sebelum terjadi
alat tersebut mengalami kerusakan.
2. Maintenance Departement, yaitu bagian pemeliharaan alat produksi
dalam suatu perusahaan.
3. Preventive maintenance yaitu Bagian pemeliharaan alat yang bertugas
melakukan pemeliharaan alat-alat produksi yang sifatnya pencegahan.
4. Line maintenance adalah bagian dari Maintenance Departement yang
melakukan kegiatan pemeliharaan alat dengan cara mengecek kondisi
alat-alat setiap hari
5. Out of date atau kadaluarsa, yaitu menunjukkan keadaan yang sudah
usang atau melebihi batas waktu yang ditentukan.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
6
6. Safety stock atau Persediaan besi atau disebut pula persediaan inti
adalah persediaan minimal bahan baku/penolong yang harus
dipertahankan untuk menjaga kontinuitas produksi.
7. Economical Order Quantity (EOQ) atau kuantitas pesanan yang paling
ekonomis, yaitu menunjukkan kuantitas bahan yang dibeli dengan
mengeluarkan biaya yang paling minimal.
8. Reoder Point (RP), yaitu saat dimana perusahaan atau manajer produksi
harus melakukan kembalian pembelian bahan.
9. Just in time Inventory Control (JiTIC), yaitu sistem pengendalian
persediaan tepat waktu.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
7
BAB II
PEMBELAJARAN
A. Rencana Belajar Siswa
Agar siswa/peserta didik yang mempelajari modul ini memiliki arah belajar
yang tepat, maka siswa harus memiliki rencana belajar yang dirancang
bersama guru dan disusun seperti tabel berikut:
No Jenis Kegiatan W a k t u Tempat Keterangan
Tanda
Tangan
Guru
1
2
3
4
5
Membaca dan
memahami
kegiatan belajar I
Diskusi materi KB
I
Membaca dan
memahami
kegiatan belajar
II
Diskusi materi KB
II
Melakukan
observasi ke
perusahaan
2 X 45 menit
2 X 45 menit
2 X 45 menit
2 X 45 menit
4 X 45 menit
Di rumah
Di sekolah
Di rumah
Di sekolah
Di
lapangan
B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1
PENGELOLAAN ALAT
a. Tujuan Kegiatan pembelajaran 1
1. Jenis-jenis pengelolaan alat produksi
2. Cara pengelolaan alat-alat produksi
3. Keuntungan pengelolaan alat produksi
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
8
b. Uraian Materi 1
a. Tujuan Kegiatan pembelajaran 1
1. Pentingnya Pengelolaan Alat
Untuk dapat terlaksananya kegiatan produksi dan kegiatan usaha dengan
baik, maka diperlukan keterampilan dalam memelihara alat-alat atau
perlengkapan. Hal ini dikenal dengan istilah “pengendalian pemeliharaan” yang
erat kaitannya dengan masalah pengendalian proses produksi. Pengendalian
dapat diartikan sebagai “pengawasan yang sekaligus juga dapat mengambil
beberapa tindakan untuk perbaikan”.
Dari pengertian pengendalian tersebut terkandung makna, bahwa secara
otomatis bila pengawasan dilakukan secara efektif maka akan melahirkan cara
kerja yang efektif pula. Cara kerja yang demikian salah satunya ditunjukkan
dengan cara melakukan pemeliharaan alat dan perlengkapan dimulai dari awal
(preventif) sebelum proses berjalan sampai proses berjalan, bahkan saat
proses telah berakhir. Harus diingat, bahwa pengendalian pemeliharaan alatalat
dan perlengkapan produksi dan usaha secara teratur dan baik akan
menunjang dan menjamin kelancaran proses produksi. Alat dan perlengkapan
tersebut umumnya tahan lama dan mahal, oleh karena itu diperlukan
pemeliharaan yang tepat sehingga tidak terjadi kerusakan terhadap alat
tersebut yang akan menggangu proses produksi.
Pemeliharaan alat-alat dan fasilitas produksi merupakan hal yang penting,
karena bila kerusakan terjadi pada saat proses produksi berjalan, dapat
mengganggu kontinuitas produksi sehingga lebih jauh dapat berdampak pada
kehilangan peluang mendapat keuntungan sebagai akibat dari larinya
pelanggan. Oleh karena itu ibarat peribahasa “lebih baik mencegah daripada
mengobati” juga berlaku dalam alat-alat dan fasilitas produksi. Artinya bahwa
jangan sampai melakukan perbaikan setelah alat-alat dan fasilitas tersebut
mengalami kerusakan, apalagi bila telah parah sehingga perlu penanganan
yang lama. Apabila sampai terjadi demikian dapat berakibat pada terhentinya
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
9
kegiatan produksi yang mungkin dalam waktu yang cukup lama. Keadaan
seperti itu tentu saja mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, selain
kemungkinan kehilangan pelanggan, juga dapat berakibat terjadinya
penumpukan bahan baku atau barang setengah jadi, sebagian karyawan
menganggur, dan sebagainya.
Industri pemintalan benang merupakan usaha yang proses produksinya menggunakan
alat/mesin produksi sederhana
Dibawah ini diuraikan mengenai keuntungan pemeliharaan alat-alat
dan perlengkapan produksi:
1) Peralatan dan mesin-mesin produksi dapat digunakan dalam jangka waktu
panjang
2) Proses produksi akan lebih lancar dan baik dalam hubungannya dengan
kondisi mesin dan peralatan yang terawat.
3) Kerusakan berat dari mesin dan peralatan dapat ditekan serendahrendahnya.
4) Kualitas dan hasil produk akan berada pada tingkat standar yang
dibutuhkan.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
10
5) Umumnya biaya pemeliharaan lebih rendah dari biaya perbaikan atau
penggantian alat.
6) Dengan lancar serta baiknya mesin juga akan mengindari pemborosan
pemakaian bahan.
2. Macam-macam Pengelolaan Alat
Alat dalam hal ini adalah peralatan atau sarana atau fasilitas atau
perlengkapan produksi yang digunakan oleh suatu perusahaan. Terhadap alatalat
produksi perlu dilakukan pemeliharaan, karena alat-alat merupakan aset
sebagai investasi yang memberi kontribusi terhadap pencapaian laba
perusahaan.
Pengelolaan atau pemeliharaan terhadap alat dan fasilitas produksi
dilakukan oleh bagian pemeliharaan (Maintenance Departement). Pada
prinsipnya Maintenance Departement ini dibedakan atas: a) Bagian preventive
maintenance, dan b) Bagian line maintenance.
a) Bagian Preventive Maintenance.
Bagian Preventive maintenance yaitu Bagian pemeliharaan alat yang
bertugas melakukan pemeliharaan alat-alat produksi yang sifatnya
pencegahan, artinya pemeliharaan dilakukan pada saat alat-alat tersebut
baru dibeli atau belum dipakai. Dengan kata lain bagian preventive
maintenance melakukan pemeriksaan awal terhadap alat-alat yang baru
dibeli, yang maksudnya adalah agar sebelum alat tersebut digunakan dapat
diketahui apakah ada kerusakan arau kekurangan. Karena apabila
kerusakan terjadi setelah alat-alat tersebut masuk ke bagian produksii
untuk digunakan, maka tanggung jawab perbaikan menjadi tanggung
jawab bagian line maintenance.
Bagian Preventive maintenance melakukan kegiatan antara lain sebagai
berikut:
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
11
1) Set up mesin.
Yaitu kegiatan melakukan pemeriksaan terhadap alat-alat produksi
sampai dinyatakan dapat diterima oleh bagian produksi.
2) Bila alat-alat produksi tersebut telah dinyatakan diterima oleh bagian
produksi, maka kerusakan walaupun kecil tidak lagi menjadi tanggung
jawab bagian preventive maintenance, melainkan menjadi tanggung
jawab bagian line maintenance.
3) Perbaikan alat-alat produksi menjadi tanggung jawab bagian preventive
maintenance, yaitu apabila:
(a) Mesin-mesin tersebut rusak berat yang tidak dapat segera diperbaiki
oleh bagian line maintenance.
(b)Memang sudah saatnya alat-alat tersebut untuk diperbaiki.
Walaupun pada alat tersebut belum tampak kerusakan yang berarti,
maka bila menurut skedul sudah saatnya untuk diperbaiki, maka
alat-alat tersebut segera diambil alih oleh bagian preventive
maintenance dari line maintenance untuk di service.
b) Bagian Line Maintenance
Bagian Line maintenance adalah bagian dari Maintenance Departement
yang melakukan kegiatan pemeliharaan alat dengan cara mengecek kondisi
alat-alat setiap hari. Untuk kasus-kasus kerusakan yang berat dan alat-alat
yang sudah saatnya diperbaiki, maka Line maintenance tidak berkerja sendiri
melainkan akan dilakukan oleh preventive maintenance.
Bagian Line maintenance melakukan kegiatan antara lain sebagai
berikut:
1) Melakukan pencatatan kerusakan alat-alat dan fasilitas produksi disertai
dengan penyebab kerusakannya dan akibat yang ditimbulkannya. Bila
kerusakan cukup parah, maka catatan penyebab dan akibat tersebut juga
dikirimkan ke bagian preventive maintenance.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
12
2) Melakukan pemeliharaan terhadap alat-alat dan fasilitas produksi setiap
hari, baik mempersiapkan mesin maupun memeriksa kondisi mesin
sebelum digunakan maupun setelah selesai penggunaan pada hari
tersebut.
3) Melakukan perbaikan alat-alat dan fasilitas produksi yang mengalami
kerusakan ringan atau tidak memerlukan waktu yang panjang untuk
memperbaikinya.
4) Mengirimkan alat-alat dan fasilitas produksi ke bagian prventive
maintenance, baik yang mengalami kerusakan parah atau perlu
penanganan lama, dan alat-alat yang sudah waktunya untuk
diperbaiki/diservice.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sifat
pemeliharaan, maka pemeliharaan dan pengelolaan alat-alat dan fasilitas
produksi dapat dibedakan atas: 1) pemeliharaan alat atau pencegahan
(preventive maintenance); dan 2) Perbaikan atau pemulihan kerusakan alat
(remedial maintenance). Kedua sifat pemeliharaan alat tersebut dijelaskan di
bawah ini.
Pemeliharaan yang bersifat pencegahan atau Preventive Maintenance,
yaitu pemeliharaan atau perawatan alat-alat dan fasilitas produksi sebelum
alat-alat dan fasilitas tersebut mengalami kerusakan. Preventive maintenance
lebih balik dari menunggu alat-alat mengalami kerusakan, baik dari sisi biaya,
keawetan atau ketahanan alat serta segi produktivitasnya. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Alat-alat yang terpelihara tidak akan cepat rusak atau mengalami
gangguan sehingga tidak memerlukan biaya perbaikan yang biasanya lebih
besar dari biaya pemeliharaan. Dengan kondisi yang selalu baik dan siap pakai,
alat-alat tersebut dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan dan dapat berkerja
dengan kondisi optimal sehingga produktivitasnya tinggi. Coba bandingkan
dengan kondisi alat-alat yang kurang perawatan, biasanya seringkali
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
13
mengalami gangguan atau kerusakan sehingga memerlukan biaya perbaikan.
Dengan kondisi yang kurang bagus dan seringkali rusak berakibat pada
produkitivitas yang rendah.
Oleh karena itu diperlukan pengendalian alat-alat dan fasilitas produksi,
agar kontinuitas proses produksi tetap terjaga, yang antara lain dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Mengatur tata letak alat-alat dan fasilitas produksi sesuai dengan tata
urutannya.
2) Mengatur tata ruang pabrik dan atau perusahaan sedemikian rupa agar
proses produksi dan kegiatan lainnya dapat berjalan efektif dan efisien.
3) Pemeliharaan harus bersifat preventif dan dilakukan secara berkala secara
teliti dan cermat, sehingga alat-alat dan fasilitas selalu siap untuk
digunakan dan tahan lama.
4) Selalu menyediakan suku cadang dari alat-alat dan fasilitas yang digunakan
seandainya terjadi kerusakan.
5) Menyediakan alat pengaman alat-alat dan fasilitas serta alat pengaman
bagi penggunya atau operatornya.
6) Mempersiakan tenaga yang dapat mengoperasikan alat-alat dan fasilitas
tersebut beserta cara perawatannya, dengan cara memberikan pendidikan
dan pelatihan keterampilan penggunaan alat.
3. Penggantian Alat-Alat dan Fasilitas Produksi
Dalam setiap perusahaan selalu ada usul investasi, salah satu bentuk
usul atau rencana investasi tersebut adalah dalam bentuk penggantian alat
dan fasilitas produksi. Dalam hal ini harus memeperhatikan beberapa faktor,
yaitu:
a) Umur ekonomis alat atau fasilitas tersebut
b) Nilai residu atau sisa alat yang akan diganti dan nilai beli penggantinya.
c) Ketersediaan dana untuk membeli alat baru tersebut.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
14
Harus difahami bahwa walaupun suatu alat hampir habis atau telah
habis umur ekonomisnya, bukan berarti alat tersebut sudah sama sekali tidak
dapat dipakai. Oleh karena itu selagi alat tersebut masih layak pakai dan dana
penggantiannya belum tersedia, maka alat tersebut masih dapat terus dipakai,
kecuali apabila alat tersebut seringkali mengalami kerusakan dan
membutuhkan biaya perbaikan yang cukup besar. Disinilah manager produksii
harus memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari kemungkinan
penggantian alat tersebut.
Untuk itu maka manager perusahaan harus dapat menjawab dua
permasalahan yang dihadapi, yaitu:
1. Kapan penggantian alat tersebut akan dilakukan ?
2. Memilih pengganti dari alat atau fasilitas produksi tersebut. Dalam hal ini
mungkin ada beberpa pilihan baik dilihat dari harga, merk atau kualitas
alat.
Agar dapat menjawab dua permasalahan di atas, maka perlu dilakukan
perhitungan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, karena bila salah
menentukan kapan dilakukan penggantian maupun salah memilih alat maka
akan berakibat kerugian yang bersifat jangka panjang. Mengapa demikian ?
Hal ini dikarenakan alat-alat dan fasilitas produksi merupakan aktiva
tetap yang bersifat jangka panjang dan membutuhkan dana yang besar, oleh
karena itu resiko investasi alat dan fasilitas juga cukup besar.
Untuk menjawab kapan penggantian suatu alat dilakukan perhatikan
contoh di bawah ini.
Misalnya Perusahaan X yang bergerak di bidang jasa tranportasi
memiliki salah satu mobil angkutan umum dengan nilai beli Rp 50.000.000,-
dan umur ekonomis mobil tersebut 10 tahun. Di akhir umur ekonomisnya
mobil tersebut memiliki nilai residu sebesar Rp 10.000.000,-. Kapankah
perusahaan melakukan penggantian mobil tersebut, bila selama digunakan
dalam usia ekonomisnya mobil tersebut mengeluarkan biaya yang semakin
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
15
lama semakin besar, sedangkan nilai residu atau nilai jualnya semakin tahun
semakin turun, sebagaimana ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:
Biaya pemeliharaan dan nilai residu mobil
Usia Tahun
Ke-
Biaya Pemeliharaan Nilai residu/
Harga jual
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rp 2.500.000,-
Rp 4.000.000,-
Rp 4.750.000,-
Rp 6.500.000,-
Rp 10.000.000,-
Rp 17.000.000,-
Rp 22.000.000,-
Rp 28.500.000,-
Rp 37.500.000,-
Rp 46.000.000,-
Rp 40.000.000,-
Rp 30.000.000
Rp 27.500.000,-
Rp 25.000.000,-
Rp 25.000.000,-
Rp 22.500.000,-
Rp 20.000.000,-
Rp 15.000.000,-
Rp 10.000.000,-
Rp 5.000.000,-
Dari data di atas, maka untuk menjawab kapan mobil tersebut akan
diganti dilakukan perhitungan dengan: 1) melihat biaya rata-rata terendah dan
2) menggunakan metoda Present Value (PV) dan Net Present Value
(NPV), dengan rumus PV:
N CFi S n
PV = å ¾¾¾¾ + ¾¾¾
i=1 (1 + r)i (1 + r)n
Keterangan: PV = present value
CF = cashflow
i = periode
r = tingkat bunga
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
16
1) Dengan cara melihat biaya rata-rata terendah
Untuk menjawa kapan penggantian alat-alat produksi dilakukan, maka
data-data di atas selanjutnya dibuat tabel kumulatif dari biaya alat-alat
tersebut.
Tabel Biaya Mobil Angkutan
Thn
ke-
Biaya
pemeliharaan
Kumulatif
biaya pemeliharaan
Harga
jual/Nilai
residu
Pengeluaran
modal
Biaya total Biaya ratarata
per
tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2.500.000
4.000.000
4.750.000
6.500.000
10.000.000
17.000.00
22.000.000
28.500.000
37.500.000
46.000.000
2.500.000
6.000.000
10.750.000
17.250.000
27.250.000
47.250.000
69.250.000
97.750.000
135.250.000
181.250.000
40.000.000
30.000.000
27.500.000
25.000.000
25.000.000
22.500.000
20.000.000
15.000.000
10.000.000
5.000.000
10.000.000
20.000.000
22.500.000
25.000.000
25.000.000
27.500.000
30.000.000
35.000.000
40.000.000
45.000.000
12.500.000
26.000.000
33.250.000
42.250.000
52.250.000
74.750.000
99.250.000
132.750.000
175.250.000
226.250.000
12.500.000
13.000.000
11.083.333
10.562.500
10.450.000
12.458.333
14.174.571
16.593.750
19.472.222
22.625.000
Dari data di atas, tampak bahwa biaya rata-rata terendah yang
dikeluarkan oleh perusahaan X adalah pada tahun ketiga, yaitu sebesar Rp
10.450.000,-. Dengan demikian maka perusahaan X sebaiknya melakukan
penggantian mobil angkutannya pada akhir tahun ke-4. Bila dibandingkan
dengan biaya rata-rata pada tahun-tahun lain, baik sebelum tahun keempat
maupun setelah tahun keempat, maka biaya rata-rata pada tahun keempat
adalah biaya yang terendah.
2) Dengan menghitung Net Present Value
Kriteria apakah usul penggantian suatu aktiva tetap diterima atau
disetujui atau tidak adalah:
Bila PV > nilai investasi: rencana investasi diterima
Bila PV < nilai investasi: rencana investasi ditolak
Bila PV = nilai investasi: Rencana investasi tergantung faktor lain.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
17
Dari data contoh di atas dapat pula menentukan saat penggantian alat
dengan menggunakan rumus NPV. Data tambahan dari contoh adalah:
§ Aliran kas masuk (cash inflow) sebesar Rp 5.000.000,- per tahun selama 6
tahun
§ Tingkat bunga umum 15 % per tahun,
Maka:
5.000.000 5.000.000 5.000.000
PV = ¾¾¾¾¾¾ + ¾¾¾¾¾¾ + ¾¾¾¾¾¾ +
1,15 (1 ,1 5 )2 (1,15)3
5.000.000 5.000.000 5.000.000
¾¾¾¾¾¾ + ¾¾¾¾¾¾ + ¾¾¾¾¾¾ +
(1,15)4 (1.15)5 (1,15)6
10.000.000
¾¾¾¾¾¾
(1,15)6
= 4.347.826 + 3.780.718 + 3.287.581 + 2.858.766 + 2.485.884 +
2.161.638 + 4.323.276 = 23.245.689,-
PV < Nilai investasi : 23.245.689 < 50.000.000
Dari kriteria penerimaan rencana investasi , berarti PV > nilaii
investasi, artinya bahwa usul pengantian investasi mobil angkutan tidak
diterima atau ditolak.
Selanjutnya dapat dilihat pula penilaian usul atau rencana
investasi dengan rumus NPV, yaitu:
NPV = PV – nilai investasi
Kriteria penilaian:
- NPV > nilai investasi : rencana investasi diterima
- NPV < nilai investasi : rencana investasi ditolak
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
18
- NPV = nilai investasi : rencana investasi tergantung pada faktor lain.
Dari perhitungan sebelumnya, maka:
NPV = Rp 23.245.689 – Rp 50.000.000 = (-) 26.754.311
Artinya usul atau rencana investasi penggantian mobil angkutan tidak
disetujui atau ditolak, karena NPV nya negatif atau lebih kecil dari nilai
investasi
c. Rangkuman 1
1. Untuk dapat terlaksananya kegiatan produksi dan kegiatan usaha
dengan baik, maka dilakukan pengendalian pemeliharaan yaitu
menunjukkan keterampilan dalam memelihara alat-alat atau
perlengkapan. Pengendalian dapat diartikan sebagai “pengawasan yang
sekaligus juga dapat mengambil beberapa tindakan untuk perbaikan”.
Bila pengawasan dilakukan secara efektif maka akan melahirkan cara
kerja yang efektif pula.
2. Pemeliharaan alat-alat dan fasilitas produksi merupakan hal yang
penting, karena bila kerusakan terjadi pada saat proses produksi
berjalan, dapat mengganggu kontinuitas produksi sehingga lebih jauh
dapat berdampak pada kehilangan peluang mendapat keuntungan
sebagai akibat dari larinya pelanggan.
3. Keuntungan pemeliharaan alat-alat dan perlengkapan produksi: 1)
peralatan dan mesin-mesin produksi dapat digunakan dalam jangka
waktu panjang; 2) proses roduksi akan lebih lancar dan baik dalam
hubungannya dengan kondisi mesin dan peralatan yang terawat ;
3)kerusakan berat dari mesin dan peralatan dapat ditekan serendahrendahnya;
4) kualitas dan hasil produk akan berada pada tingkat
standar yang dibutuhkan; 5) umumnya biaya pemeliharaan lebih rendah
dari biaya perbaikan atau penggantian alat dan 6) dengan lancar serta
baiknya mesin juga akan mengindari pemborosan pemakaian bahan.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
19
4. Dari sifat pemeliharaan, maka pemeliharaan dan pengelolaan alat-alat
dan fasilitas produksi dapat dibedakan atas: 1) pemeliharaan alat atau
pencegahan (preventive maintenance); dan 2) Perbaikan atau
pemulihan kerusakan alat (remedial maintenance).
5. Dalam setiap perusahaan selalu ada usul investasi, salah satu bentuk
usul atau rencana investasi tersebut adalah dalam bentuk penggantian
alat dan fasilitas produksi. Dalam hal ini harus memeperhatikan
beberapa faktor, yaitu: 1)Umur ekonomis alat atau fasilitas tersebut; 2)
Nilai residu atau sisa alat yang akan diganti dan nilai beli penggantinya
dan 3) Ketersediaan dana untuk membeli alat baru tersebut.
d. Tugas
1. Coba inventarisir alat-alat dan perlengkapan yang ada di sekolah atau di
rumah Anda, baik yang baru dibeli maupun yang sudah lama.
2. Lihat kapan tanggal, bulan dan tahun pembeliannya.
3. Amati kondisi alat atau perlengkapan tersebut, apakah dirawat dengan
baik atau tidak.
4. Buat komentar dari pengamatan tersebut, apakah kondisi
alat/perlengkapan itu sesuai dengan umur alat/perlengkapan tersebut
atau tidak, serta apakah perawatan sudah benar atau tidak ?
e. Evaluasi
1) Instrumen Penilaian
Untuk melihat penguasaan kompetensi Anda, jawablah pertanyaanpertanyaan
berikut
1. Kemukakan apa yang dimaksud dengan pengelolaan alat dan pengelolaan
bahan ! (15)
2. Kemukakan pula keuntungan dari pengelolaan alat dan pengelolaan bahan!
(15)
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
20
3. Jelaskan mengapa seorang wirausaha atau manajer produksi produksi
perlu melakukan pengelolaan alat dan bahan ? (25)
4. Jelaskan peribahasa yang berkaitan dengan pengelolaan alat dan bahan:
“lebih baik mencegah daripada mengobati” ! (20)
5. Bila NPV suatu rencana investasi = nilai investasinya, maka keputusan
apakah rencana investasi tersebut akan dilaksanakan atau tidak sangat
tergantung faktor lain. Jelaskan pernyataan tersebut ! (25)
2) Kunci Jawaban
1. Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan bagaimana agar alat-alat dan fasilitas
produksi dapat terkendali sehingga tetap produktif untuk digunakan dalam
kegiatan produksi. Pengelolaan persediaan merupakan suatu mengelola
persediaan bahan agar kontinuitas produksi tetap berjalan dengan baik
dengan biaya yang minimal.
2. Keuntungan dari pengelolaan alat-alat dan fasilitas produksi adalah:
a) Peralatan dan masin-masin produksi dapat digunakan dalam jangka
waktu panjang
b) Proses produksi akan lebih lancar dan baik dalam hubungannya dengan
kondisi mesin dan perlatan yang terawat.
c) Kerusakan berat dari mesin dan peralatan dapat ditekan serendahrendahnya.
d) Kualitas dan hasil produk akan berada pada tingkat standar yang
dibutuhkan.
e) Umumnya biaya pemeliharaan lebih rendah dari biaya perbaikan atau
penggantian alat.
f) Dengan lancar serta baiknya mesin juga akan mengindari pemborosan
pemakaian bahan.
Keuntungan pengelolaan persediaan adalah:
a) Terjaganya kontinuitas proses produksi
b) Meningkatakan penerimaan perusahaan
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
21
c) Meningkatkan jumlah produksi
d) Dapat dengan tepat menghitung kebutuhan bahan baku
e) Mencegah terjadi pemborosan, baik waktu, biaya maupun tenaga
f) Memberi kepuasan kapada pelanggan.
3. Setiap perusahaan, khususnya yang bergerak dalam bidang industri
manufaktur tidak akan terlepas dari masalah alat-alat produksi dan
persediaan bahan baku/penolong. Oleh karena itu dua hal ini harus
mendapat perhatian dalam operasi sehari-hari. Hal ini perlu mengingat
manfaat atau keuntungan dari pengelolaan terhadap alat-alat dan
persediaan akan memberi jaminan bahwa target produksi maupun target
penjualan dan target laba dapat tercapai. Karena dengan pengelolaan alat
dan persediaan yang tepat melahirkan sikap kerja yang efektif, efiisien dan
produktif.
4. Artinya bahwa merawat alat/perlengkapan atau bahan sejak awal (misalnya
sejak baru dibeli) akan lebih baik daripada memperbaiki alat tersebut bila
telah mengalami kerusakan. Bila perawatan sejak awal dilakukan secara
rutin maka memiliki keuntungan ekonomis, karena usia alat/perlengkapan
tersebut dapat lebih panjang. Selain itu bila dibandingkan dengan biaya
perbaikan, maka biaya perawatan tersebut jauh lebih ringan dari biaya
perbaikan.
5. Artinya bahwa bila nilai bersih sekarang dari hasil investasi hanya sebesar
nilai investasinya (modal yang ditanamkan), maka dapat saja rencana
investasi tersebut ditolak atau tidak dijalankan. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan karena tidak adanya keuntungan ekonomis yang diperoleh.
Namun dapat pula rencana investasi dijalankan, dengan pertimbangan
walaupun tidak ada keuntungan ekonomis, namun dari investasi tersebut
memberi manfaat (misalnya membuka kesempatan kerja).
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
22
3) Kriteria Penilaian
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban. Hitunglah jawaban
Anda yang benar. Angka dalam kurung yang ada dibelakang setiap nomor
menunjukkan skor nilai tiap nomor, yang kalau dijumlahkan skor
keseluruhannya adalah 100.
Selanjutnya gunakan rumus dibawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar modul ini.
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tin gkat penguasaan = X 100 %
100
Arti tingkat pemahaman Anda:
90 % - 100 % = amat baik dan sangat berhasil
80 % - 89 % = baik dan berhasil
70 % - 79 % = kurang berhasil
£ 69 % = tidak berhasil
Tingkat kelulusan bisa dicapai bila Anda bisa menjawan minimal 80 % dari
soal-soal di atas. Kurang dari standar di atas Anda dinyatakan tidak lulus dan
dapat melanjutkan pada kegiatan belajar 2.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
23
Kegiatan Belajar 2
PENGELOLAAN PERSEDIAAN
a. Tujuan Pembelajaran 2
1. Pengertian dan tujuan pengelolaan persediaan
2. Faktor-faktor yang menentukan persediaan
3. Menghitung kebutuhan dan persediaan bahan baku
4. Biaya-biaya persediaan barang
5. Menentukan persediaan optimal dan reorder point
b. Materi Pembelajaran 2
1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Persediaan (Inventory)
Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk
digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan
terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi dan
persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi
disimpan sebelum digunakan atau dimasukan kedalam proses produksi,
sedangkan persediaan barang jadi atau barang dagangan disimpan sebelum
dijual atau dipasarkan.
Dengan demikian setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
umumnya memiliki persediaan. Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi
(industri manufaktur) akan memiliki tiga jenis persediaan, yaitu persediaan
bahan baku dan penolong, persediaan bahan setengah jadi dan persediaan
barang jadi. Sedangkan perusahaan perdagangan minimal memiliki satu jenis
persediaan, yaitu persediaan barang dagangan. Adanya berbagai macam
persediaan ini menuntut pengusaha untuk melakukan tindakan yang berbeda
untuk masing-masing persediaan, dan ini akan sangat terkait dengan
permasalahan lain seperti masalah peramalan kebutuhan bahan baku serta
peramalan penjualan atau permintaan konsumen. Bila melakukan kesalahan
dalam menetapkan besarnya persediaan maka akan merembet ke masalah
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
24
lain, misalnya tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan
berlebihnya persediaan sehingga tidak semuanya terjual, timbulnya biaya
ekstra penyimpanan atau pesanan bahan , dan sebagainya.
Dikarenakan persediaan merupakan salah satu faktor yang menentukan
kelancaran produksi dan penjualan, maka persediaan harus dikelola secara
tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat menentukan jumlah persediaan
optimal, sehingga di satu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi
lain perusahaan dapat memperolah keuntungan, karena perusahaan dapat
memenuhi setiap permintaan yang datang. Karena persediaan yang kurang
sama tidak baiknya dengan persediaan yang berlebihan, sebab kondisi
keduanya memiliki beban dan akibat masing-masing. Bila persediaan kurang,
maka perusahaan tidak akan dapat memenuhi semua permintaan sehingga
akibatnya pelanggan aka kecewa dan beralih ke perusahaan lainnya.
Sebaliknya bila persediaan berlebih, ada bebearpa beban yang harus
ditanggung, yaitu:
(a) Biaya penyimpanan di gudang, semakin banyak barang yang disimpan
maka akan semakin besar biaya penyimpanannya;
(b) Resiko kerusakan barang, semakin lama barang tersimpan di gudang maka
resiko kerusakan barang semakin tinggi
(c) Resiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan “out
of date” atau ketinggalan zaman.
Disinilah pentingnya dilakukan perhitungan persediaan optimal, yaitu
yang menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan
dapat menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran
biaya yang ekonomis.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pengelolaan persediaan
adalah “kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan (bahan
baku/penolong) yang tepat, dengan jumlah yang tidak terlalu besar dan tidak
pula kurang atau sedikit dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan”.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
25
Dari pengertian tersebut , maka tujuan pengelolaan persediaan adalah
sebagai berikut:
a) Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan
cepat (memuaskan konsumen)
b) Untuk menjaga kontinuitas produksi, hal ini dikarenakan alasan:
1) Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka
sehingga sulit untuk diperoleh
2) Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
c) Untuk mempertahankan dan bila mungkin meniingkatkan penjualan dan
laba perusahaan.
Ada dua macam kelompok bahan baku, yaitu:
1) Bahan baku langsung (direct materials)
Yaitu bahan yang membentuk dan merupakan bagian dari barang jadi yang
biayanya dengan mudah bisa ditelusuri dari biaya barang jadi tersebut.
Jumlah bahan baku langsung bersifat variabel, artinya sangat tergantung
atau dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi atau perubahan
output.
Contoh: - Kain adalah bahan baku industri garmen datau pakaian jadi
- Tepung terigu adalah bahan baku pabrik roti.
2) Bahan baku tak langsung (indirect materials).
Yaitu bahan baku yang dipakai dalam proses produksi, tetapi sulit
menelusuri biayanya pada setiap barang jadi.
Contoh:
· Benang adalah bahan baku tak langsung yang digunakan dalam industri
garmen
· Garam dan ragi adalah bahan baku tak langsung pembuatan roti.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
26
2. Faktor-faktor Yang Menentukan Persediaan
Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana menentukan
persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya persediaan. Sebenarnya perlu dibedakan antara
persediaan bahan baku dan barang jadi, namun yang dimaksud dengan
persediaan dalam kaitannya dengan kegiatan produksi adalah persediaan
bahan baku/penolong.
Besar kecilnya persediaan bahan baku dan bahan penolong dipengaruhi
oleh faktor:
1. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk
menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak
jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat
persediaan bahan baku.
Volume produksi yang direncanakan, hal ini ditentukan oleh penjualan
terdahulu dan ramalan penjualan. Semakin tinggi volume produksi yang
direncanakan berarti membutuhkan bahan baku yang lebih banyak yang
berakibat pada tingginya tingkat persediaan bahan baku.
2. kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan
baku yang tinggi, dan sebaliknya.
3. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable goods) atau tahan
lama (undurable goods). Barang yang tidak tahan lama tidak dapat
disimpan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang diperlukan tergolong
barang yang tidak tahan lama tidak perlu disimpan dalam jumlah banyak.
Sedangkan untuk bahan baku yang memiliki sifat tahan lama, maka tidak
ada salahnya perusahaan menyimpannya dalam jumlah besar.
Agar kontinuitas produksi tetap terjaga, maka untuk berjaga-jaga
perusahaan sebaiknya memiliki apa yang dinamakan dengan persediaan besi
(safety stock). Persediaan besi atau disebut pula persediaan inti adalah
persediaan minimal bahan baku/penolong yang harus dipertahankan untuk
menjaga kontinuitas produksi.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
27
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya safety stock:
a) Resiko kehabisan persediaan, yang biasanya ditentukan oleh:
1) Kebiasaan pihak supllier dalam pengiriman barang yang dipesan,
apakah tepat waktu atau sering kali terlambat dari waktu yang telah
ditetapkan dalam kontrak pembelian.
Apabila kebiasaan supplier dalam pengiriman barang yang dipesan
sering kali tepat waktu, maka perusahaan tidak perlu memilikii
persediaan besi yang besar, dan sebaliknya bila kebiasaan supplier
dalam pengiriman barang seringkali tidak tepat waktu sebagaimana
yang disepakati, maka perusahaan sebaiknya atau perlu memilikii
persediaan yang cukup besar.
2) Dapat diduga atau tidaknya kebutuhan bahan baku/penolong untuk
produksi.
Apabila kebutuhan bahan baku/penolong untuk setiap kali proses
produksi dapat diduga atau diperhitungkan secara tepat, maka
perusahaan tidak perlu memiliki persediaan besi yang besar, dan
sebaliknya bila kebutuhan bahan baku/penolong seringkali tidak dapat
diduga atau perhitungan kebutuhan seringkali meleset, maka
perusahaan sebaiknya atau perlu memiliki persediaan yang cukup
besar.
b) Biaya simpan di gudang dan biaya ekstra bila kehabisan persediaan.
Apabila dibandingkan, biaya penyimpanan di gudang lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan seandainya melakukan pesanan ekstra bila persediaan
habis, maka perusahaan tidak perlu memiliki persediaan besi yang besar.
Sebaliknya bila biaya pesanan ekstra lebih besar dari biaya penyimpanan di
gudang, maka perusahaan sebaiknya atau perlu memiliki persediaan yang
cukup besar.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
28
c) Sifat persaingan.
Apabila sifat persaingan yang adalah kecepatan pelayanan pemenuhan
permintaan langganan/konsumen, maka perusahaan perlu memilikii
persediaan besi yang besar. Namun bila yang menjadi sifat persaingan
adalah hal lain (misalnya kualitas dan harga), maka tidak mendesak untuk
memiliki persediaan besi yang besar.
3. Biaya-biaya Persediaan (inventory cost)
Bagi perusahaan yang melakukan kegiatan produksi, persediaan (bahan
baku dan penolong) merupakan faktor yang paling utama karena tanpa
persediaan yang cukup produksi akan terhambat. Besar kecilnya persediaan
yang dimiliki sangat tergantung pada kebijakan perusahaan, dan hal ini
ditentukan dengan pertimbangan tertentu salah satunya adalah faktor biaya
(lihat tentang faktor-faktor yang menentukan persediaan di atas). Biaya yang
dikeluarkan bukan hanya biaya penyimpanan persediaan di gudang, melainkan
harus diperhitungkan pula biaya yang dikeluarkan mulai dari pemesanan
sampai barang tersebut masuk kedalam proses produksi dan kembali ke
gudang sebagai barang jadi.
Oleh karena itu biaya persediaan dapat dibedakan atas:
1) Biaya persiapan atau biaya pemesanan (ordering cost).
O r dering cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
pemesanan barang ke supplier. Besar kecilnya biaya pemesanan sangat
tergantung pada frekuensi pesanan, semakin sering memesan barang
maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar dan sebaliknya.
Termasuk dalam biaya pemesanan ini antara lain:
a) Biaya persiapan pesanan, seperti biaya penentuan besarnya pesanan,
biaya telepon atau ongkos menghubungi supplier, dan sebagainya.
b) Biaya pengiriman pesanan
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
29
c) Biaya penerimaan barang, seperti biaya pembongkaran dan pemasukan
ke gudang, biaya pengecekan serta biaya laporan penerimaan barang
dan sebagainya.
d) Biaya-biaya proses pembayaran, seperti biaya pembuatan cek,
pengiriman cek atau biaya transfer ke bank supllier, dan sebagainya.
2) Biaya Penyimpanan di Gudang (Biaya simpan – Storage cost).
S to rage cost adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
penyimpanan barang di gudang. Besar kecilnya biaya simpan sangat
tergantung pada jumlah rata-rata barang yang disimpan di gudang.
Semakin banyak rata-rata persediaan, maka biaya simpan juga akan besar
dan sebaliknya.
Termasuk dalam biaya simpan antara lain adalah:
a) Biaya sewa atau penggunaan gudang.
b) Biaya pemeliharaan barang
c) Biaya pemanasan atau pendingin, bila untuk menjaga ketahanan barang
dibutuhkan faktor pemanas atau pendingin.
d) Biaya menghitung dan menimbang barang, dan sebagainya.
Bila diperhatikan kedua jenis biaya persediaan barang di atas, maka
diketahui bahwa baik biaya pesan maupun biaya simpan merupakan “biaya
variabel” atau biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung pada frekuensi
pemesanan dan volume persediaan.
4. Pengendalian Bahan dan Penentuan Persediaan Optimal
Sebagaimana telah diuraikan pada modul 13, bahwa pengendalian
kualitas produk dapat dilakukan terhadap bahan baku. Dengan telah
terkendalinya kualitas bahan baku maka akan dihasilkan output yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Pengendalian bahan dilakukan baik
terhadap kualitas bahan maupun kuantitas bahan.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
30
Pengendalian kualitas bahan dimaksudkan agar tercapai kesesuaian
kualitas bahan yang dibutuhkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Pengendalian kualitas bahan antara lain dapat dilakukan melalui uji
laboratorium atau uji contoh (sampling test) . Dari uji laboratorium atau
sampling test tersebut, maka dapat diketahui bagaimana kualitas dari bahan
yang akan digunakan, apakah sesuai dengan standar yang ditetapkan atau
diiinginkan. Bila ternyata belum sesuai maka dicari lagi bahan lain sampai
memenuhi standar yang ditetapkan.
Pengendalian kuantitas bahan dimaksudkan agar tercapai kesesuaian
jumlah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi suatu produk,
sehingga tidak terjadi pemborosan bahan dan kualitas produk tetap terjamin.
Pengendalian kuantitas bahan mencakup tiga hal, yaitu:
1) Analisis kebutuhan bahan
2) Penentuan jumlah pembelian bahan baku
3) Penentuan kapan pembelian harus dilakukan
Contoh Analisis kebutuhan bahan:
Perusahaan XX merencanakan akan menghasilkan 2.000 unit tas kerja
wanita. Pada awal tahun persediaan barang jadi tas kerja di gudang sebanyak
250 unit, persediaan akhir tahun sebanyak 300 unit. Setiap unit tas kerja
wanita membutuhkan tiga mascam bahan, yaitu: 0,5 kg bahan kulit; 1 buah
lem dan 1 ons paku. Maka untuk menentukan kebutuhan bahan adalah
sebagai berikut:
- Menghitung rencana volume produksi:
Volume produksi = (2.000 + 150) – 300 unit = 1.850 unit tas kerja
wanita.
- Menghitung kebutuhan masing-masing bahan:
* Bahan kulit = 1.850 X 0,5 kg =925 kg kulit
* Lem = 1.850 X 1 buah tube = 1.850 tube.
* Paku kecil = 1.850 X 1 ons paku = 1.850 ons = 18,50 Kg paku
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
31
- Menentukan jumlah yang harus dibeli:
Pembelian = (persediaan awal + kebutuhan) – persediaan akhir.
Misalkan masing-masing bahan masih memiliki persediaan awal dan akhir yang
diinginkan sebagai berikut:
No. Nama bahan Persediaan
awal
Rencana
persediaan akhir
1
2
3
Bahan kulit
Lem
Paku kecil
50 kg
15 tube
160 ons
35 kg
10 tube
200 ons
Dari data di atas, maka dapat ditetapkan jumlah bahan yang akan dibeli
yaitu sebagai berikut:
* Bahan kulit = (50 + 925) – 35 = 040 kg
* Lem = (15 + 1850) = 1.865 tube
* Paku kecil = (160 + 1.850 ons) – 200 ons = 1.810 ons = 18,10 kg.
a) Economical Order Quantity.
Setelah diketahui besarnya jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk
satu periode tertentu (misalnya satu tahun), langkah selanjutnya adalah
menentukan apakah jumlah kebutuhan bahan baku tersebut akan dibeli secara
sekaligus atau apakah akan dibeli secara berangsur, selain itu juga
menentukan kapan pembelian kembali akan dilakukan.
Untuk menentukan berapa besarnya pembelian bahan baku atau
menentukan besarnya persediaan optimal maka digunakan teknik yang disebut
dengan Economical Order Quantity (EOQ). Economical Order Quantity
atau kuantitas pesanan yang paling ekonomis, yaitu menunjukkan kuantitas
bahan yang dibeli dengan mengeluarkan biaya yang paling minimal.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
32
2 RS
EOQ =
C
EOQ = Kuantitas pesanan yang paling ekonomis
R = Jumlah kebutuhan bahan per periode tertentu (misalnya 1 tahun)
S = Biaya pesanan setiap kali pesan
C = Biaya penyimpanan per unit persediaan dalam satu periode
Contoh:
Misalkan perusahaan “Sehat Alami” yang menghasilkan sosis ikan nila
membutuhkan ikan nila sebanyak 120.000 kg per tahun. Biaya pesan setia kali
pesan Rp 10.000,-, biaya simpan per unit (per kg) Rp 150,-.
Maka:
2 (120.000) (10.000)
EOQ = 150
2.400.000.000
EOQ =
150
EOQ = 4.000
Dengan demikian kebutuhan ikan nila sebanyak 120.000 kg per tahun
dapat dibeli atau dipesan sebanyak 4.000 kg tiap kali pesan/beli. Hal ini berarti
kebutuhan ikan nila sebanyak 120.000 kg dapat dipenuhi dengan pesanan
atau pembelian sebanyak 30 kali dalam setahun (120.000 : 4.000 = 30).
Dengan kata lain dalam setahun dilakukan pembelian/pesanan ikan tuna
sebanyak 30 kali atau setiap 12 hari sekali (bila jumlah hari per tahun 360
hari; 360 : 30 = 12).
Penggunaan teknik EOQ hanya dapat dilakukan apabila memenuhi
syarat:
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
33
1. Jumlah kebutuhan bahan dalam satu periode tetap atau tidak berubah
2. Bahan baku selalu tersedia setiap saat atau mudah didapat
3. Harga bahan baku tetap.
Bila terjadi perubahan misalnya dalam jumlah kebutuhan bahan baku,
maka jumlah pembelian ekonomis sebesar perhitungan EOQ tersebut menjadi
belum tentu ekonomis. Bila terjadi hal demikian maka EOQ yang telah dihitung
tidak dapat lagi digunakan dan harus melakukan perhitungan kembali. Oleh
karena itu apabila salah satu syarat tersebut tidak dipenuhi, misalnya
kebutuhan bahan baku berubah-ubah maka tidak dapat menggunakan teknik
EOQ.
Bagi Perusahaan
menggunakan EOQ karena
bahan baku yang digunakan
bersifat tidak tahan pengolahan
ikan, persediaan optimal
tidak ditentukan dengan lama
dan dipengaruhi musim.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
34
Bagi Perusahaan penghasil bihun, persediaan optimal dapat ditentukan dengan
menggunakan EOQ karena bahan baku yang digunakan bersifat tahan lama.
b. Reoder Point.
Selain menentukan EOQ, pengendalian persediaan juga menentukan kapan
dilakukan pesanan atau pembelian kembali bahan. Pembelian atau pemesanan
bahan jangan menunggu sampai persediaan habis, karena kalau itu terjadi
maka akan mengganggu kontinuitas produksi. Penentuan kapan melalukan
pesanan ini disebut dengan Reoder Point (RP), yaitu saat dimana perusahaan
atau manajer produksi harus melakukan kembalian pembelian bahan. Hal ini
diperlukan karena tidak selamanya pesanan bahan baku dapat segera dikirim
oleh pihak pemasok atau leveransir, sehingga diperlukan waktu beberapa
lama. Bila kebiasaan pesanan bahan baku datang dengan memakan waktu 7
hari misalnya, maka perusahaan harus memiliki persediaan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan selama 7 hari tersebut. Waktu 7 hari yang dibutuhkan
untuk menunggu pesanan bahan datang dikenal dengan istilah “lead time”.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
35
1. Tanpa kebijakan safety stock:
EOQ
RP = X lead time.
Lama perputaran Produksi
2. Dengan kebijakan safety stock:
EOQ
RP = X lead time. + Safety Stock
Lama perputaran Prod.
Contoh:
1. Menghitung Reorder point tanpa kebijakan safety stock
Perusahaan “Sehat Alami” dalam contoh perhitungan EOQ melakukan
pesanan bahan baku setiap kali pesan sebanyak 4.000 kg ikan nila atau
sebanyak 30 kali melakukan pesanan selama satu tahun. Bila diketahui
dalam setahun hari efektif berkerjanya perusahaan selama 300 hari, dan
masa menunggu sampai pesanan datang selama 5 hari, maka Reorder
Pointnya adalah:
4.000
RP = X 5
300 : 30
RP = 2.000 kg.
Artinya bahwa Perusahaan “Sehat Alami” yang memproduksi
sosis ikan nila, setiap 12 hari melakukan pesanan ikan nila ke pemosok
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
36
harus melakukan pemesanan pada saat persediaan di gudang tinggal
2.000 kg.
Kalau perusahaan memesan bahan baku saat persediaan di gudang
tinggal 1.000 kg, maka akan mengganggu kontinuitas produksi selama
2 ½ hari. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kebutuhan bahan baku per hari = 120.000 kg : 300 = 400 kg.
Kecukupan persediaan = (1.000 kg : 400 kg) X 1 hari = 2 ½ hari
Kebutuhan selama lead time = 5 hari X 400 kg = 2.000 kg.
Persediaan di gudang = 1.000 kg (-)
Kekurangan = 1.000 kg
Dari perhitungan di atas, ternyata bila pemesanan bahan baku
dilakukan pada saat persediaan tinggal 1.000 kg, maka kontinuitas
produksi akan terganggu atau terhenti selama 2 ½ hari, karena
kekurangan bahan baku selama masa menunggu sebanyak 1.000 kg
atau sama dengan kebutuhan selama 2 ½ hari.
2. Menghitung Reorder point dengan kebijakan safety stock.
Dari contoh No. 1 di atas, misalkan perusahaan “Sehat Alami” menetapkan
kebijakan safety stock sebesar sebanyak 800 kg, maka reorder pointnya
adalah:
4.000
RP = X 5 + 800
300 : 30
RP = 2.800 kg.
Kalau perusahaan memesan bahan baku saat persediaan di
gudang tinggal 1.000 kg, maka akan mengganggu kontinuitas produksi
selama 1/2 hari. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
37
Kebutuhan bahan baku per hari = 120.000 kg : 300 = 400 kg.
Kecukupan persediaan =
(1.000 + 800 : 400 kg) X 1 hari = 4 ½ hari
Kebutuhan selama lead time = 5 hari X 400 kg = 2.000 kg.
Persediaan di gudang = 1.000 + 800 = 1.800 kg (-)
Kekurangan = 2 00 kg
Dari perhitungan di atas, ternyata bila pemesanan bahan baku
dilakukan pada saat persediaan tinggal 1.000 kg, maka kontinuitas
produksi akan terganggu atau terhenti selama ½ hari, karena
kekurangan bahan baku selama masa menunggu sebanyak 200 kg atau
sama dengan kebutuhan selama ½ hari.
Dari kedua contoh di atas, ternyata dengan dimilikinya persediaan
pengaman (safety stock) perusahaan dapat mengurangi lamanya resiko
terganggunya kontinuitas produksi. Namun seperti diuraikan sebelumnya
bahwa besar kecilnya atau perlu tidaknya kebijakan safety stock ditentukan
banyak faktor.
C. Sistem Just in Time dan Material Requirement Planning
Dari uraian mengenai EOQ dan reorder point dan contohnya, dapat
disimpulkan bahwa baik besar maupun kecil jumlah persediaan yang ada di
gudang sama-sama berisko atau menaggung beban. Oleh karena itu
diperlukan pengendalian persediaan yang tepat yang mungkin saja berakibat
suatu perusahaan memutuskan untuk hanya memesan bahan baku disaat
diperlukan saja. Seiring dengan kemajuan teknologi saat ini, manajemen
persediaan pun mengalami perkembangan sehingga saat ini perusahaan
memerlukan apa yang dinamakan dengan “Just in time Inventory Control”
(JiTIC).
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
38
JiTIC atau sistem pengendalian persediaan tepat waktu merupakan sistem
pengendalian persediaan dengan kebijakan menetapkan persediaan hanya
pada saat diperlukan pada saat yang tepat. Untuk terlaksananya sistem ini
dengan baik diperlukan sistem informasi manajemen yang baik. JiTIC memiliki
ciri-ciri khas antara lain sebagai berikut:
a) Kualitas produksi harus selalu bagus.
Hal ini terkait dengan masalah pengendalian kualitas, khususnya
pengendalian kualitas bahan (input) dan pengendalian proses (lihat
kembali kegiatan belajar 2 modul 13 !). Artinya bahwa pengendalian
persediaan tepat waktu hanya dapat dilaksanakan jika kualitas produk
dari bagian ke bagian lain selalu bagus. Denga demikian tidak akan ada
tambahan kebutuhan bahan baku untuk mengganti barang yang
kualitasnya kurang baik.
b) Jumlah pemesanan harus rendah.
Dengan jumlah pemesanan yang rendah maka tidak diperlukan
persediaan barang di gudang sehingga memudahkan untuk pengaturan
baik penjadwalan kerja, alokasi pekerjaan maupun hal lainnya.
c) Standardisasi komponen dan metode kerja.
Standardisasi atau penyeragaman baik ukuran, bentuk maupun sifat
peralatan yang digunakan akan membantu proses produksi berjalan
mudah dan lancar sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas
produksi. Dengan demikian maka tidak akan bermasalah jika
perusahaan melakukan persediaan pada saat bahan baku dibutuhkan.
d) Hubungan dengan supllier.
Hubungan baik dengan pihak supplier perlu dijaga terus, hal ini agar
supplier selalu memperhatikan kita dan akan berusaha untuk mengirim
barang pesanan kita secara tepat waktu. Dengan demikian maka
perusahaan dapat saja melakukan tindakan baru terhadap persediaan
pada saat dibutuhkan.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
39
e) Automatisasi produksi.
Yaitu digunakannya teknologi yang bersifat otomatis, yang akan
menjamin kelancaran proses dan kualitas produk.
f) Pemeliharaan perlengkapan produksi bersifat preventif.
Untuk menjaga terjaminnya kelancaran proses produksi, maka terhadap
alat-alat dan fasilitas produksi (misalnya mesin-mesin produksi) harus
dilakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan. Hal ini agar selain
tidak mengganggu kontinuitas produksi juga dapat menghemat biaya.
3. Keuntungan Pengelolaan Persediaan
Telah dikatakan bahwa dengan pengelolaan persediaan yang baik maka
akan menghemat biaya dan meningkatkan pendapatan. Persediaan yang tidak
dikelola dengan tepat akan menimbulkan berbagai permasalahan, seperti
terhambatnya kegiatan produksi, kehilangan pelanggan serta terjadi
pemborosan. Oleh karean itu pengelolaan persediaan memberi beberapa
keuntungan, antara lain sebagai berikut:
a) Terjaganya kontinuitas proses produksi
b) Meningkatakan penerimaan perusahaan
c) Meningkatkan jumlah produksi
d) Dapat dengan tepat menghitung kebutuhan bahan baku
e) Mencegah terjadi pemborosan, baik waktu, biaya maupun tenaga
f) Memberi kepuasan kapada pelanggan.
Melihat pada keuntungan atau manfaat dari pengelolaan persediaan,
maka tampak bahwa mengelola persediaan menjadi kebutuhan yang
mendasar yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan, yang dalam hal ini
adalah manajer produksi yang berkerjasama dengan manajer pemasaran dan
keuangan.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
40
C. Rangkuman 2
1. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk
digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan
setengah jadi dan persediaan barang jadi.
2. Persediaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelancaran
produksi dan penjualan, maka persediaan harus dikelola secara tepat.
Dalam hal ini perusahaan harus dapat menentukan jumlah persediaan
optimal, sehingga di satu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga dan
pada sisi lain perusahaan dapat memperolah keuntungan, karena
perusahaan dapat memenuhi setiap permintaan yang datang.
3. Ada beberapa beban yang harus ditanggung sehubungan dengan
pengelolaan persediaan, yaitu: 1) Biaya penyimpanan di gudang,
semakin banyak barang yang disimpan maka akan semakin besar biaya
penyimpanannya; 2) Resiko kerusakan barang, semakin lama barang
tersimpan di gudang maka resiko kerusakan barang semakin tinggi dan
3) Resiko keusangan barang, barang-barang yang tersimpan lama akan
“out of date” atau ketinggalan zaman.
4. Pengendalian kuantitas bahan dimaksudkan agar tercapai kesesuaian
jumlah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi suatu produk,
sehingga tidak terjadi pemborosan bahan dan kualitas produk tetap
terjamin. Pengendalian kuantitas bahan mencakup tiga hal, yaitu: 1)
Analisis kebutuhan bahan; 2) Penentuan jumlah pembelian bahan baku
dan 3) Penentuan kapan pembelian harus dilakukan .
5. Untuk menentukan berapa besarnya pembelian bahan baku atau
menentukan besarnya persediaan optimal maka digunakan teknik yang
disebut dengan Economical Order Quantity (EOQ). Economical
Order Quantity atau kuantitas pesanan yang paling ekonomis, yaitu
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
41
menunjukkan kuantitas bahan yang dibeli dengan mengeluarkan biaya
yang paling minimal.
6. Just in time Inventory Control” (JiTIC) atau sistem pengendalian
persediaan tepat waktu merupakan sistem pengendalian persediaan
dengan kebijakan menetapkan persediaan hanya pada saat diperlukan
pada saat yang tepat.
7. Selain menentukan EOQ, pengendalian persediaan juga menentukan
kapan dilakukan pesanan atau pembelian kembali bahan.. Penentuan
kapan melalukan pesanan ini disebut dengan Reoder Point (RP), yaitu
saat dimana perusahaan atau manajer produksi harus melakukan
kembalian pembelian bahan.
d. Tugas
Lakukan observasi ke suatu perusahaan, khususnya perusahaan berupa
industri pengolahan (manufaktur) yang ada di sekitar sekolah atau tempat
tinggal Anda. Cari data apakah perusahaan tersebut selalu melakukan
perhitungan persedian optimal bahan bakunya atau tidak ? Kalau tidak
Anda harus membuat perhitungan persediaan optimal bahan baku
perusahaan tersebut dengan menggunakan rumus EOQ. Untuk itu Anda
memerlukan data:
1) Jumlah kebutuhan bahan baku dalam periode tertentu, misalnya setiap
3 bulan, 6 bulan atau setahun.
2) Harga bahan baku tersebut
3) Biaya yang dikeluarkan untuk memperloleh bahan baku tersebut (biaya
pesan)
4) Biaya selama bahan baku tersebut di simpan di gudang (biaya simpan).
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
42
e. Evaluasi
1) Instrumen Penilaian
Untuk melihat penguasaan kompetensi Anda, jawablah pertanyaanpertanyaan
berikut:
1. Mengapa suatu perusahaan perlu melakukan perhitungan persedian
optimal ? Jelaskan !
2. Jelaskan mengapa setiap perusahaan pengolahan (manufaktur)
sebaiknya memiliki persedian besi (safety stock) !
3. Jelaskan mengapa untuk menghitung persedian optimal melalui EOQ
harau memenuhi asumsi sbb.:
a. Jumlah kebutuhan bahan dalam satu periode tetap atau tidak
berubah
b. Bahan baku selalu tersedia setiap saat atau mudah didapat
c. Harga bahan baku tetap.
4. Hitunglah besarnya persediaan optimal dari suatu perusahaan dan
kapan perusahaan tersebut melakukan pemesanan kembali, jika
diketahui data sbb.:
Kebutuhan bahan baku selama setahun sebanyak 8.000 unit, dengan
harga per unit Rp 100,-. Biaya pesan tiap kali pesan sebasar Rp 500,-
dan biaya simpan sebesar Rp 200 per unit. Lama masa produksi 320
hari dalam setahun dan safety stock sebesar kebutuhan 2 hari dan
tingkat bunga 12 % pertahun.(25)
5. Apakah pesanan barang/bahan baku dengan menggunakan pedoman
EOQ pasti mengeluarkan biaya yang paling ekonomis atau minimal ?
Buktikan ! (25)
A. Kunci Jawaban
1. Disinilah pentingnya dilakukan perhitungan persediaan optimal, yaitu
yang menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
43
dan dapat menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau
pengeluaran biaya yang ekonomis.
2. hal tersebut dimaksudkan agar kontinuitas produksi tetap terjaga,
karena Persediaan besi atau disebut pula persediaan inti adalah
persediaan minimal bahan baku/penolong yang harus dipertahankan
untuk menjaga kontinuitas produksi.
3. Kalau ketiga asumsi tersebut tidak terpenuhi, maka hasil perhitungan
EOQ pun akan berubah, sehingga tidak mungkin untuk membeli bahan
sebesar hasil perhitungan EOQ tersebut.
4.
2 (8000) (500)
EOQ =
200
8.000.000
EOQ = = 200 unit
200
Melakukan pesanan bahan baku sebanyak 200 unit setiap kali
pesan, berarti dalam setahun melakukan pesanan sebanyak =
8000 : 200 = 40 kali.
Kebutuhan per hari = 8000 : 320 = 25 unit
Perusahaan harus melakukan pesanan kembali bahan baku bila
persediaan tinggal:
200
RP = ¾¾ x 5 + (2 X 25 unit)
320/40
= 125 unit + 25 unit = 150 unit
Artinya perusahaan harus segera melakukan pesanan bahan
baku, bila persediaan bahan baku di guadang tinggal 150 unit
lagi.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
44
5 Ya, karena dengan emnggunakan EOQ diperoleh jumlah yang tepat
untuk dalam pembelian atau pemesanan bahan baku. Hal ini dapat
dibuktikan dari perhitungan biaya yang dikeluarkan sebagaimana tabel
berikut:
No Keterangan Pesan 10 X Pesan 40 X
Pesan 50 X
1
2
3
4
5
Jumlah yg dipesan
Persediaan ratarata
Biaya pesan
Biaya simpan
Total biaya
800
400
10 X 500 =
5.000
400 X 200 =
80.000
85.000
200
100
40 X 500 =
20.000
100 X 200 =
20.000
40.000
160
80
50 X 500 =
25.000
160 X 200 =
32.000
57.000
Dari perhitungan total biaya tersebut, terbukti bahwa dengan
melakukan pesanan sebanyak 40 kali setahun dengan jumlah yang dipesan
sebanyak 200 unit ternyata mengeluarkan biaya yeng lebih kecil jika
dibandingkan dengan memesan 10 kali atau 50 kali.
3) Kriteria Penilaian
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban. Hitunglah jawaban
Anda yang benar. Angka dalam kurung yang ada dibelakang setiap nomor
menunjukkan skor nilai tiap nomor, yang kalau dijumlahkan skor
keseluruhannya adalah 100.
Selanjutnya gunakan rumus dibawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar modul ini.
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tin gkat penguasaan = X 100 %
100
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
45
Arti tingkat pemahaman Anda:
90 % - 100 % = amat baik dan sangat berhasil
80 % - 89 % = baik dan berhasil
70 % - 79 % = kurang berhasil
£ 69 % = tidak berhasil
Tingkat kelulusan bisa dicapai bila Anda bisa menjawan minimal 80 % dari
soal-soal di atas. Kurang dari standar di atas Anda dinyatakan tidak lulus dan
dapat melanjutkan pada modul berikutnya.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
46
BAB III
PENUTUP
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80 % ke atas, berarti Anda
sudah bagus dan berhasil. Anda boleh mengajukan ujian sertifikasi ! Anda
dapat meneruskan pada modul 17. Tetapi, bila penguasaan Anda masih
dibawah 80 %, Anda belum berhasil dan berarti Anda harus mengulangi
mempelajari kegiatan belajar pada modul ini, terutama bagian yang belum
Anda kuasai untuk mengajukan uji sertifikasi.
Modul 16 Cara Mengelola Alat dan Bahan
47
DAFTAR PUSTAKA
§ Hendra Kusuma (2001), Manajemen Produksi, Perencanaan dan
Pengendalian Produksi, ANDI Yogyakarta.
§ Lili Asdjudiredja dan Kusmana Permana (1990), Manajemen Produksi,
Armico Bandung.
§ Mas’ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz (2002), Kewirausahaan, Suatu
Pendekatan Kontemporer, UPP AMP YKPN Yogyakarta.
§ Mohammad jafar Hafsah (2000), Kemitraan Usaha, Kosepsi dan Strategi,
Pustakan Sinar harapan Jakarta.
§ Pengestu Subagyo (2000), Manajemen Operasi, BPFE Yogyakarta.
§ Pietra Sarosa (2004), Kiat Praktis Membuka Usaha - Langkah Awal Menjadi
Entrepreneur Sukses, PT Elekmedia Komputindo Jakarta.
§ Soesarsono Wijanti (2000), Pengantar Kewiraswastaan, Sinar Baru
Algensindo, Bogor.
Modul 15
CARA MENGELOLA KEUANGAN
Kode Modul : B2.16.KWU
Penulis : Neti Budiwati, Dra., MSi.
Peta Kedudukan Modul
B
Keterangan :
Kompetensi A : Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha
Kompetensi B : Merencanakan pengelolaan usaha kecil
Sub Kompetensi (B1) : Menganalisis peluang usaha
Sub Kompetensi (B2) : Menganalisis aspek-aspek pengelolaan usaha
Sub Kompetensi (B3) : Menyusun proposal usaha
Kompetensi C : Mengelola usaha kecil
: Urutan penggunaan modul
: Pe nggunaan modul yang
Kompetensi
A
Kompetensi
B
Kompetensi
C
B1
B2
B3
B1.09.KWU B1.10.KWU B1.11.KWU
B2.13.KWU B2.14.KWU B2.15.KWU
B3.12.KWU
C1
C2
C3
B2.13.KWU
B2.14.KWU
C3.20.KWU
B2.15.KWU
B2.16.KWU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar